Jumat 25 Sep 2020 13:23 WIB

Surat Terbuka Mantan Menteri Israel untuk Mahmoud Abbas

Abbas diminta fokus pada upaya perdamaian.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Teguh Firmansyah
 Dalam file foto Selasa 18 Agustus 2020 ini, Presiden Mahmoud Abbas memberi isyarat selama pertemuan dengan kepemimpinan Palestina untuk membahas kesepakatan Uni Emirat Arab dengan Israel untuk menormalisasi hubungan, di kota Ramallah, Tepi Barat. Dalam tiga dekade upaya perdamaian yang gagal, harapan Palestina untuk negara merdeka di wilayah yang direbut Israel dalam perang 1967 tidak pernah tampak begitu suram. Abbas tetap berkomitmen pada strategi yang sama yang telah dia lakukan selama beberapa dekade - mencari dukungan internasional untuk menekan Israel agar menyetujui sebuah negara Palestina di Tepi Barat, Gaza dan Yerusalem Timur.
Foto: AP Photo/Mohamad Torokman
Dalam file foto Selasa 18 Agustus 2020 ini, Presiden Mahmoud Abbas memberi isyarat selama pertemuan dengan kepemimpinan Palestina untuk membahas kesepakatan Uni Emirat Arab dengan Israel untuk menormalisasi hubungan, di kota Ramallah, Tepi Barat. Dalam tiga dekade upaya perdamaian yang gagal, harapan Palestina untuk negara merdeka di wilayah yang direbut Israel dalam perang 1967 tidak pernah tampak begitu suram. Abbas tetap berkomitmen pada strategi yang sama yang telah dia lakukan selama beberapa dekade - mencari dukungan internasional untuk menekan Israel agar menyetujui sebuah negara Palestina di Tepi Barat, Gaza dan Yerusalem Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Yossi Beilin, yang terlibat dalam negosiasi jalur belakang Kesepakatan Oslo 1993, menulis surat terbuka kepada presiden Palestina Mahmoud Abbas. Lewat suratnya Beilin meminta Abbas untuk tetap fokus pada perdamaian. Tulisan tersebut dimuat di Al-Monitor pada Kamis (24/9).

Beilin memulai dengan menyampaikan bahwa tepat 25 tahun yang lalu, Abbas diam-diam datang ke kantornya di Tel Aviv untuk merayakan selesainya rancangan perjanjian permanen Palestina-Israel setelah proses panjang selama dua tahun. Dua negosiator di pihak Abbas adalah Hussein Agha dan Ahmed Khalidi. Sementara perwakilan Beilin adalah Yair Hirschfeld dan Ron Pundak. "Kami bersulang dengan jus jeruk, karena Anda (Abbas) tidak pernah minum alkohol," tulis Beilin.

Baca Juga

Abbas sangat senang dengan kenyataan bahwa untuk pertama kalinya, rencana rinci untuk perdamaian, disertai dengan peta, disepakati oleh orang Israel dan Palestina. Yosi berjanji untuk menunjukkannya kepada Perdana Menteri Israel saat itu Yitzhak Rabin. Beilin ketika itu menjabat sebagai menteri ekonomi dan perencanaan.

"Anda (Abbas) berjanji untuk menunjukkannya (rancangan perjanjian itu) kepada Presiden Yasser Arafat. Beberapa hari kemudian, Rabin dibunuh, dan rencananya disimpan oleh penggantinya, Shimon Peres. Makalah kami, yang dikenal sebagai Perjanjian Beilin-Abu Mazen, menjadi landasan dari semua rencana perdamaian selanjutnya, dari Parameter Clinton tahun 2000 hingga rencana Trump yang sangat bermasalah pada  2020," jelas Beilin.