REPUBLIKA.CO.ID, Islamofobia merupakan sikap kebencian terhadap agama Islam tanpa ada alasan dan dasar. Artinya, kebencian tanpa memiliki argumen yang jelas. Benci terhadap atribut-atribut keislaman, benci kalau agama Islam jaya dan gemilang.
Dan, lebih ironisnya penyakit ini juga menjangkiti umat Islam. Mereka sholat dan puasa, bahkan haji berkali-kali, tapi penyakit Islamofobia tersebut tanpa disadari menjangkiti hati mereka.
Mereka tidak senang kalau agama Islam ini gemilang, mereka tidak suka dengan kelompok- kelompok Islam yang berusaha menjalankan agama sesuai dengan tuntunan Alquran dan sunah.
Akan tetapi, walaupun Islamofobia ini tidak berdasar dan hanya membabi buta, sebenarnya bisa dilacak beberapa alasan yang dimiliki kelompok non-Muslim membenci agama Islam.
Pertama, Barat sangat trauma dengan agama Islam karena pernah menjadi pemenang peradaban. Dalam persentuhan Islam dan Barat, sejarah mencatat Islam pernah mengalahkan Barat sebanyak empat kali yang melahirkan trauma dalam peradaban Barat, yaitu: Islam pernah berkuasa di Spanyol lebih dari 800 tahun, penaklukan Kota Konstantinopel, pengepungan Kota Viena sebanyak dua kali, dan paling dramatis adalah Perang Salib yang berlangsung lebih dari 100 tahun.
Dan, mereka merasa tersaingi untuk menjadi adikuasa peradaban. Apalagi setelah Soviet hancur, Islam menjadi satu-satunya kekuatan pesaing yang perlu disingkirkan.
Kedua, mereka melihat perkembangan kuantitas umat Islam sangat cepat, perpindahan pemeluk agama Kristen ke Islam lebih banyak jumlahnya daripada pindah ke agama lain. Bahkan, secara statistik jumlah umat Islam di negara-negara Barat menunjukkan peningkatan tiap tahun. Ketiga, penguasaan teknologi di beberapa negara Islam menunjukkan perkembangan yang signifikan.
Keempat, semakin mereka memojokkan dan menjelek-jelekkan Islam di mata dunia, justru orang-orang Barat semakin penasaran dan ingin mempelajari agama Islam. Setelah peristiwa 11 September kelabu, justru semakin banyak orang-orang Barat mempelajari dan memeluk agama Islam.