REPUBLIKA.CO.ID, CALIFORNIA -- Perubahan iklim mendorong skala dan dampak kebakaran hutan di Kalifornia menadi lebih parah. Analisis para ilmuwan menemukan peran pemanasan global dalam meningkatkan kondisi kebakaran.
Menurut para ilmuwan, Kalifornia sekarang memiliki paparan risiko kebakaran yang lebih besar daripada sebelum perubahan iklim. Dilansir di BBC, Jumat (25/9), masalah pengelolaan lahan, yang disebut-sebut oleh Presiden Donald Trump sebagai penyebab utama, tidak bisa menjelaskan kesimpulan baru-baru ini.
Kebakaran hutan terburuk dalam 18 tahun telah berkecamuk di Kalifornia sejak Agustus. Kebakaran ini bertanggung jawab atas lebih dari 30 kematian dan mengusir ribuan orang dari rumah mereka. Penyebab kebakaran telah menjadi gejolak politik, dengan Gubernur Kalifornia Gavin Newsom menyalahkan perubahan iklim sebagai penyebab kebakaran.
Di sisi lain Presiden Trump menepis argumen ini, alih-alih menunjuk praktik pengelolaan lahan sebagai pendorong utama.
Sekarang, tinjauan penelitian ilmiah tentang alasan kebakaran ini menunjukkan bahwa kenaikan suhu memainkan peran utama. Awal tahun ini, tim peneliti yang sama menerbitkan ulasan tentang asal-usul kebakaran dramatis Australia yang mengamuk di musim 2019-2020.
Studi tersebut menunjukkan bahwa perubahan iklim berada di balik peningkatan frekuensi dan parahnya cuaca kebakaran. Ini didefinisikan sebagai periode waktu dengan risiko kebakaran yang lebih tinggi karena kombinasi suhu tinggi, kelembapan rendah, curah hujan rendah, dan angin kencang.
Tinjauan baru ini mencakup lebih dari 100 studi yang diterbitkan sejak 2013. Tinjauan menunjukkan bahwa kebakaran ekstrem terjadi ketika variabilitas alami dalam iklim ditumpangkan pada kondisi latar belakang yang semakin hangat dan kering akibat pemanasan global.
"Dalam hal tren yang kami lihat, dalam hal luasnya kebakaran hutan, dan yang telah meningkat delapan hingga sepuluh kali lipat dalam empat dekade terakhir, tren tersebut didorong oleh perubahan iklim," kata Matthew Jones dari Universitas East Anglia di Norwich, Inggris, yang memimpin studi ini.
Jones menjelaskan, perubahan iklim pada akhirnya berarti bahwa hutan-hutan itu, apapun keadaannya, menjadi lebih hangat dan lebih sering kering. "Dan itulah yang sebenarnya mendorong jenis skala dan dampak kebakaran yang kita lihat hari ini." tambahnya.
Dalam 40 tahun dari 1979 hingga 2019, kondisi cuaca kebakaran telah meningkat rata-rata delapan hari di seluruh dunia. Namun, di Kalifornia jumlah hari musim gugur dengan kondisi kebakaran hutan yang ekstrim berlipat ganda dalam periode tersebut.
Para penulis tinjauan tersebut menyimpulkan bahwa perubahan iklim membawa cuaca yang lebih panas dan lebih kering ke AS bagian barat. Wilayah tersebut pada dasarnya lebih berisiko kebakaran daripada sebelum manusia mulai mengubah iklim global.
Para peneliti mengakui bahwa praktik manajemen kebakaran di AS juga berkontribusi pada peningkatan bahan bakar. Biasanya, petugas pemadam kebakaran melakukan pembakaran terkontrol di beberapa daerah untuk mengurangi jumlah bahan bakar yang tersedia saat kebakaran terjadi, tetapi ini juga menderita akibat kenaikan suhu.
Faktor lain di California adalah perambahan pemukiman manusia ke dalam kawasan hutan. Hal ini telah menempatkan lebih banyak rumah pada risiko kebakaran ini.
Antara 1940 dan 2010, terjadi peningkatan sekitar 100 kali lipat dalam jumlah rumah yang dibangun di zona kebakaran berbahaya di AS bagian barat.
Para peneliti mengatakan bahwa kondisi kebakaran hutan kemungkinan akan terus meningkat di masa depan. Kebakaran yang dihasilkan kemungkinan besar akan semakin parah.
"Ini mengarah pada peningkatan cuaca kebakaran yang menjadi semakin intens, meluas dan dramatis di masa depan," katanya.