Sabtu 26 Sep 2020 04:49 WIB

Larangan Mengenakan Pakaian Demi Popularitas

Menyesuaikan bentuk pakaian sesuai dengan masanya bagian dari menjaga kehormatan.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
 Larangan Mengenakan Pakaian Demi Popularitas. Foto: Banyaknya pakaian yang tidak lagi terpakai bisa mengganggu kenyamanan di rumah (Ilustrasi)
Larangan Mengenakan Pakaian Demi Popularitas. Foto: Banyaknya pakaian yang tidak lagi terpakai bisa mengganggu kenyamanan di rumah (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menyesuaikan bentuk pakaian sesuai dengan masanya adalah termasuk bagian dari menjaga muruah (kehormatan diri) selagi pakaian itu tidak mendatangkan dosa. Sebaliknya, tampil dalam pakaian yang berbeda bentuk di masanya termasuk bagian dari bergaya mencari popularitas.

"Maka tidaklah layak bagi seorang Muslim melakukan perbuatan yang nyeleneh dari orang-orang lain di masanya, baik dalam hal berpakaian dan adat berpenampilan lainnya sebab hal ini bisa menyebabkan dirinya masuk ke dalam perbuatan mencari popularitas dan eksklusif," kata Syekh Ali Jum'ah dalam bukunya "Menjawab Dakwah Kaum Salafi".

Baca Juga

Syekh Ali Jum'ah mengatakan ada banyak dalil yang isinya mencela orang yang berpakaian sekedar untuk bergaya atau mencari popularitas. Misalnya hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar RA dari Rasulullah beliau bersabda.

"Barangsiapa mengenakan pakaian syuhrah (untuk mencari popularitas) di dunia, niscaya Allah akan mengenakan pakaian kegunaan kepadanya di hari kiamat." (HR.Ahmad, Abu Daud,Ibnu Majah dan an-Nasa'i).

Dalam sebuah riwayat yang lain dari Ibnu Umar ra Rasulullah pernah bersabda.

"Barangsiapa mengenakan pakaian syuhrah untuk mencari popularitas di dunia, niscaya Allah akan mengenakan pakaian kehinaan kepadanya di hari kiamat nanti kemudian membakarnya dengan api neraka." (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).

Dari Abu Dzar ra., bahwasanya Rasulullah SAW pernah berdabda. "Barangsiapa yang mengenakan pakaian syuhrah untuk mencari popularitas di dunia, nicaya Allah akan berpaling darinya sampai ia menanggalkan pakaian tersebut." (H.R Ibnu Majah).

Hadits-hadits di atas kata Syekh Ali Juma'h menunjukkan keharaman mengenakan pakaian untuk mencari popularitas. Hadits-hadits di atas juga tidak dikhususkan kepada jenis pakaian itu saja, tapi ke haraman ini bisa juga dihasilkan oleh orang yang mengenakan pakaian yang berbeda dengan pakaian yang biasa dipakai orang-orang di masanya.

"Maka ia akan dicibir atas perbuata ini karena keluar dari kebiasaan masyarakat," katanya.

Diriwayatkan bahwa Rasulullah melarang menggunakan dua jenis pakaian syuhrah, yaitu mengenakan pakaian bagus karena ingin dilihat orang, atau mengenakan pakaian jelek agar dilihat orang.

Imam asy-Syaukani berkata,"Ketika pakaian yang dikenakan adalah dimaksudkan untuk mencari popularitas di tengah masyarakat maka tidak ada bedanya apakah pakaian itu baik atau buruk. Karena yang menjadi standar adalah apakah pakaian itu sesuai atau berbeda dengan yang umum digunakan di masyarakat itu. Sebab keharaman syuhrah berputar pada illat (sebab) mencari popularitas. Yang menjadi standar hukum adalah maksud dari perbuatan, sekalipun maksud itu secara nyata tidak sesuai dengan kenyataan yang ada."

Sedangkan petunjuk Rasulullah SAW dalam berpakaian adalah mengenakan pakaian yang biasa dikenakan oleh penduduk di negara setempat, dan sesuai dengan kebiasaan mereka dalam berpakaian.

Ketika imam Malik ditanya mengenai pakaian tebal dari bulu domba, dia lantas menjawab, "Tidak ada kebaikan pada pakaian yang dikenakan untuk mencari popularitas. Sekalipun pakaian itu terkadang dipakai dan dilepas, niscaya aku juga mengharapkannya. Dan aku tidak suka terus-terusan mengenakan karena takut akan mencari popularitas."

Ibnu Taimiyah berkata, "Disunnahkannya mengenakan pakaian yang beraneka ragam menunjukkan bahwa seseorang hendaknya menggunakan pakaian dan menyantap makanan yang telah dimudahkan oleh Allah di negaranya. Hal itu tentu beranekaragam sesuai keragaman daerah daerah tersebut."

Abu Walid al-Baji berkata," Rasulullah SAW membenci pakaian yang tidak biasa dikenakan (di masyarakat) dan pakaian yang dikenakan karena ingin mencari popularitas semata. Seperti halnya beliau membenci pakaian yang bisa membuat pemiliknya menjadi populer karena keindahannya."

Syekh Abdul Qodir Al Jaelani berkata, "Di antara pakaian yang harus dijauhi adalah pakaian yang dikenakan untuk mencari popularitas di tengah masyarakat seperti keluar dari kebiasaan negara atau keluarganya. Hendaklah ia mengenakan pakaian yang cocok buatnya agar ia tidak ditunjuk dengan jari jari telunjuk. Karena hal ini bisa memicu orang lain mencela dirinya sehingga ia pun akan ikut-ikutan mendapat dosa mencela bersama dengan mereka yang mencela dirinya."

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement