REPUBLIKA.CO.ID, CHRISTCHURCH -- Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern meresmikan plakat peringatan untuk para korban serangan teror Christchurch.
Dikelilingi oleh anggota komunitas Muslim, dia meluncurkan plakat di halaman Masjid Al-Noor di Deans Ave, Kamis (24/9). Di masjid tersebut, 42 orang tewas dalam kekejaman pada Maret tahun lalu. Tujuh orang lainnya terbunuh di Linwood Islamic Center pada hari yang sama.
Dilansir di Stuff, Jumat (25/9), Ardern sebelumnya menyebut hari itu sebagai salah satu hari paling hitam dalam sejarah Selandia Baru. Tragedi itu meninggalkan bekas luka di hati Muslim dan non-Muslim.
Bekas luka itu diberi kesempatan untuk sembuh bulan lalu ketika teroris di balik serangan di masjid Deans Ave dan Linwood dipenjara seumur hidup tanpa pembebasan bersyarat bulan lalu. Teroris tersebut mengaku bersalah atas 51 dakwaan pembunuhan dan 40 dakwaan percobaan pembunuhan.
Imam Masjid Al-Noor, Gamal Fouda berbicara dengan fasih tentang kekuatan komunitas Muslim dalam beberapa minggu setelah serangan itu. Fouda mengatakan serangan teroris telah menjadi salah satu masa tersulit dalam hidup Muslim di Selandia Baru.
"Tidak ada yang pernah membayangkan ini akan terjadi di Aotearoa. Kami semua mengira Selandia Baru aman," katanya.
Fouda kemudian mengulangi seruannya atas undang-undang baru yang spesifik untuk membedakan antara kebebasan berbicara dan ujaran kebencian. "Membakar Alquran atau Alkitab, apakah itu kebebasan berbicara? Jika Anda benar-benar akan menciptakan masalah dan kemudian mengatakan ada kebebasan berbicara, maaf, kebebasan berbicara bukanlah ujaran kebencian," ujarnya.