Sabtu 26 Sep 2020 06:30 WIB

Nabi Zakaria dan Nabi Yahya, Simbol Hakim yang Adil

Nabi Zakaria dan Nabi Yahya tegas menegakkan hukum.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Nabi Zakaria dan Nabi Yahya, Simbol Hakim yang Adil
Foto: google.com
Nabi Zakaria dan Nabi Yahya, Simbol Hakim yang Adil

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH--Dikisahkan bahwa penguasa Palestina pada waktu itu, Herodes, mencintai anak saudaranya sendiri bernama Herodia. Namun, Nabi Zakaria dan Nabi Yahya sebagai hakim yang menentangnya.

"Nabi Zakaria dan Nabi Yahya mengeluarkan fatwa bahwa perkawinan itu tidak boleh dilaksanakan," kata Aryani Syurfah, dalam bukunya Kisah Teladan dan Menakjubkan 25 Nabi.

Baca Juga

Kenapa dilarang? kata Aryani, karen pernikahan itu bertentangan dengan syariat Nabi Musa yang mengharamkan seseorang mengawini anak saudaranya sendiri.

Menghadapi fatwa Nabi Yahya tersebut, Herodes dan Herodia mencoba mencari pembenaran diri tapi gagal. Kemudian, Herodes berusaha menyuap dan mengancam Nabi Zakaria dan Yahya. Akan tetapi, Nabi Zakaria dan Yahya tetap pada pendiriannya.

"Hal ini menyebabkan Herodes marah besar," katanya.

Dengan penuh kemarahan, raja Herodes memerintahkan Prajuritnya untuk menangkap Nabi Zakaria dan Yahya. Lalu, keduanya dijebloskan dalam penjara. Nabi Zakaria dan Yahya menerima beberapa ancaman dan teror, namun demikian mereka berdua tetap dalam pendiriannya.

Melihat keteguhan Nabi Zakaria dan Yahya, raja Herodes menjadi semakin geram. Ia memerintahkan prajuritnya agar membunuh mereka. Akhirnya keduanya dihukum mati dan keduanya meninggal dunia.

Mereka berdua menjadi simbol hakim yang adil dan termasuk dalam golongan orang yang saleh karena berani menegakkan kebenaran dan keadilan. Nabi Yahya merupakan putra tunggalnya Nabi Zakaria. Setelah dewasa Yahya memang selalu mengikuti ayahnya berdakwah. Aakhirnya, Yahya diangkat menjadi nabi oleh Allah.

Yahya dikenal sebagai orang yang cerdik pandai, dan berpikiran tajam. Sejak berusia muda, ia sangat tekun beribadah siang dan malam. Ia dikenal oleh kaumnya sebagai orang alim yang menguasai soal-soal keagamaan dan hafal kitab taurat.

Oleh karena itu ia menjadi tempat bertanya tentang hukum-hukum agama. Ia memiliki keberanian dalam mengambil suatu keputusan. Ia tidak takut dicerca orang. Ia tidak pula khawatir akan ancaman pihak penguasa dalam usahanya menegakkan kebenaran dan melawan kebatilan.

Ia juga yang senantiasa berbakti kepada orang tuanya, ia tidak pernah sekalipun menyakiti hati kedua orang tuanya. Ia bukan seorang yang sombong meskipun memiliki segala kelebihan.

Menurut Aryani Syurfah ada empat hikmah yang dapat diambil dalam kisah Nabi Zakaria dan Yahya. Pertama jika kita tidak berputus asa dalam berdoa, Allah akan mengabulkannya seperti ketika Nabi Zakaria berdoa memohon anak dalam usia tua.

Kedua, sikap Nabi Yahya yang taat dan patuh kepada Allah dan kedua orang tuanya, serta baik kepada sesama manusia mencerminkan sosok anak saleh yang layak kita contoh. Seorang anak saleh akan mengantarkan orang tuanya masuk surga.

Ketiga, Nabi Zakaria dan Nabi Yahya adalah simbol hakim adil yang seharusnya dimiliki oleh setiap negara terutama Indonesia. Mereka tidak pernah terpengaruh oleh uang dan kekuasaan untuk menegakkan keadilannya mereka rela mati terbunuh.

Keempat, kematian Zakaria dan Yahya dalam kondisi terbunuh membuktikan bahwa tugas Nabi tidaklah ringan. Mereka sering menemui tantangan yang sangat berat dan mendapatkan nasib yang tragis.

"Namun, di mata Allah mereka adalah pejuang sejati yang mulia," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement