Jumat 25 Sep 2020 23:48 WIB

Resesi di Depan Mata, Misbakhun: Mari Tetap Optimistis

Pemerintah dinilai akan membuat kebijakan tepat sebagai solusi.

Red: Gilang Akbar Prambadi
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kanan) tiba disaksikan Menteri PPN/Kepala BAPPENAS Suharso Monoarfa (kiri) dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (25/9/2020). Badan Anggaran DPR menyetujui RUU APBN 2021 yang telah dibahas oleh Panitia Kerja untuk dibawa ke pengambilan keputusan tingkat II dalam Rapat Paripurna pada Selasa 29 September mendatang.
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kanan) tiba disaksikan Menteri PPN/Kepala BAPPENAS Suharso Monoarfa (kiri) dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (25/9/2020). Badan Anggaran DPR menyetujui RUU APBN 2021 yang telah dibahas oleh Panitia Kerja untuk dibawa ke pengambilan keputusan tingkat II dalam Rapat Paripurna pada Selasa 29 September mendatang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dianggap bertindak berani dan jujur dengan memproyeksian pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal III tahun ini (Q3/2020) kembali negatif. Anggota Komisi XI DPR Mukhamad Misbakhun mengatakan, pernyataan Sri Mulyani merupakan sinyal bahwa Indonesia memasuki resesi.

"Menurut saya itu sebuah kejujuran dan keberanian. Tugas Menkeu memang di bidang fiskal, jadi wajar saja Bu Sri Mulyani memberikan sinyal," ujar Misbakhun di Jakarta, Jumat (25/9).

Mantan pegawai Direktorat Jenderal Pajak (DJP) itu menambahkan, sebenarnya banyak kalangan sudah memprediksi soal resesi itu. "Kami di Komisi XI DPR juga sudah memperkirakan sejak awal ketika pandemi COVID-19 berimbas ke masalah ekonomi," ujar dia.

Namun, Misbakhun menegaskan, sinyal dari Sri Mulyani soal resesi itu tak perlu direspons berlebihan, apalagi dengan kepanikan. Wakil rakyat asal Pasuruan, Jawa Timur itu mengharapkan masyarakat tidak cemas.