REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Paris mendirikan patung perempuan kulit hitam yang terlibat dalam pemberontakan budak tahun 1802 di pulau karibia Guadeloupe. Perempuan yang bernama Solitude itu ditangkap dan kemungkinan dieksekusi.
Dilansir dari BBC, Ahad (27/9) dalam pidato peresmian patung untuk menghormati perjuangannya, Wali Kota Paris Anne Hidalgo mengatakan Solitude adalah seorang 'pahlawan' dan 'simbol kekuatan'. Sejak gelombang unjuk rasa Black Lives Matter di Amerika Serikat (AS), Prancis juga mulai memeriksa kembali sejarah perbudakan negara itu. Masyarakat tidak lagi ingin memberikan tanda jasa pada tokoh-tokoh kolonial seperti Jean-Baptiste Colbert yang menetapkan hukum perbudakan di dalam negeri dan wilayah jajahan. Patungnya didirikan di depan gedung parlemen Prancis.
Presiden Emmanuel Macron menentang patung-patung tokoh kontroversial dipindahkan. Ia menawarkan 'pandangan yang lebih jernih terhadap sejarah dan kenangan Prancis'.
Saat ini masih terlalu sedikit yang diketahui mengenai Solitude. Unesco mengatakan perempuan itu hanya satu disinggung satu kali dalam sejarah abad ke-19 Guadeloupe.
Menurut catatan, Solitude perempuan ras campuran yang ditangkap bersama 'sekelompok pemberontak' dalam pemberontakan melawan perbudakan. Napoleon menerapkan kembali perbudakan setelah sempat dihapus selama revolusi Prancis.
Dalam catatan sejarah Solitude dihukum mati tapi diizinkan untuk melahirkan sebelum akhirnya 'disiksa'. Kata 'disiksa' masih membingungkan karena ada indikasi ia dihukum mati dengan cara dipukul berkali-kali.
Penulis Prancis André Schwarz-Bart sempat menuliskan fiksi mengenainya. Guadeloupe juga mendirikan patungnya di Les Abymes.