REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Badan Usaha milik desa (BUMDES) yang omzetnya di atas 200 juta pertahun saat ini belum terlalu banyak. Menurut Kepala DInas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Jabar Bambang Tirtoyuliono, dari jumlah 4.980 Bumdes di Jawa Barat, yang omzetnya di atas Rp 200 juta pertahun baru sekitar 7 persen atau sekitar 200-300 Bumdes.
Pemprov Jabar bekerja sama dengan Kementrian Desa, PDT dan Transmigrasi memfasilitasi Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) dalam mempromosikan usaha mereka melalui media sosial dan melalui situs atau website khusus produk Bumdes. "Rencananya kerja sama tersebut akan efektif awal Oktober mendatang," ujar Bambang kepada wartawan akhir pekan ini.
Menurut Bambang, pihaknya saat ini tengah meninvetarisir Bumdes yang sudah mengajukan pada Pemprov Jabar maupun Kementrian Desa untuk Promosi Produk BUMDes.
Syaratnya, kata dia, cukup gampang. Yakni, pemohon melampirkan nama dan logo BUMDes dalam bentuk JPEG, jabatan di BUMDes, Photo Produk Unggulan, profil BUMDes serta deskripsi singkat produk unggulan.
Upaya tersebut, kata dia, dilakukan untuk mendongkrak ekonomi Bumdes. Karena, kondisi pandemik sekarang sudah mengganggu kondisi ekonomi bahkan pertumbuhan ekonomi Jabar sampai (minus) -5,9.
Bambang mengatakan, dilihat dari wilayah administrasi Jabar memiliki 5.312 Desa sedangkan Kelurahan ada 645 Kelurahan. Artinya, proporsi desa jauh lebih banyak. Sehingga, jumlah penduduk yang domisili di desa juga banyak dibanding di perkotaan.
Sata ini, kata Bambang, Bumdes di Jawa Barat sebanyak 4.890 Bumdes. Artinya, jumlah desa yang belum mempunyai BUMDes, tinggal sedikit lagi. Menurutnya, dari 4.890 Bumdes yang omzetnya di atas Rp 200 juta pertahun baru sekitar 7 persen atau sekitar 200-300 Bumdes.
Oleh karena itu, kata dia, pemerintah mencoba terus mendorong untuk menggerakkan potensi sumber daya yang ada di desa. Bentuk kolaborasi antara Pemprov Jabar dan kementerian desa adalah dengan memberikan ruang promosi produk Bumdes."Jadi selain kita mendorong lebih inovasi bumdes untuk menggerakkan ekonomi desa, tapi juga bisa membantu mempromosikan produk-produk bumdes yang sudah ada atau existing,” katanya.
Bambang mengatakan produk-produk Bumdes ini akan disimpan di sosial media yang dimiliki oleh DPM-desa Pemprov Jabar dan juga media sosial Kementerian Desa. “Bagaimanapun juga di era digital ini mau tidak mau suka tidak suka, promosi menjadi hal yang penting nah ini adalah langkah awal kita sambil kita mencoba uji coba produk-produk bumdes yang ada di desa dimunculkan di media digital,” papar Bambang.
Selain itu, kata Bambang, ia berharap ke depannya, kalau respon dari publik begitu bagus bisa memberikan ruang khusus untuk promosi produk-produk Bumdes yang yang ada di Jawa Barat. "Bentuknya seperti apa ya mungkin barangkali website khusus kedepannya,” katanya.