Ahad 27 Sep 2020 12:18 WIB

BPBD Jatim Kaji Potensi Bencana Likuefaksi

Wilayah Jatim yang berpotensi likuefaksi di pesisir selatan salah satunya Lumajang

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Hiru Muhammad
Warga korban bencana beraktivitas di depan hunian sementara (Huntara) yang dibangun oleh salah satu lembaga kemanusiaan di Kelurahan Duyu, Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (2/9/2020). Menjelang dua tahun bencana gempa, tsunami dan likuefaksi, sekitar 150 rumah tangga sudah menempati hunian tetap (Huntap) dan ribuan lagi lainnya masih menunggu penyelesaian huntap tahap kedua.
Foto: ANTARA/Basri Marzuki
Warga korban bencana beraktivitas di depan hunian sementara (Huntara) yang dibangun oleh salah satu lembaga kemanusiaan di Kelurahan Duyu, Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (2/9/2020). Menjelang dua tahun bencana gempa, tsunami dan likuefaksi, sekitar 150 rumah tangga sudah menempati hunian tetap (Huntap) dan ribuan lagi lainnya masih menunggu penyelesaian huntap tahap kedua.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA--Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim mulai melakukan pengkajian potensi ancaman bencana likuefaksi (tanah gerak) di Jatim. Pengkajian dilakukan dengan menggandeng Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Ketua Tim Peneliti yang juga Penyidik Bumi Badan Geologi Kementerian ESDM Farah Destiasari mengatakan, wilayah yang ditengarai cukup berpotensi terjadinya likuefaksi adalah daerah pesisir selatan. Salah satunya Kabupaten Lumajang. Maka dari itu, aktivitas kajian dan penelitian tentang potensi bencana likuefaksi dipusatkan di Lumajang, tepatnya di Kecamatan Kunir. “Kegiatan penelitian dilakukan dengan menggunakan tehnik bor tangan dan Swedish Sounding Test,” kata dia Ahad, (27/9).

Farah mengatakan, untuk tehnik bor tangan, diambil sampel di 150 titik yang tersebar di semua desa. Sementara Swedish Sounding Test, hanya digunakan sebagai pendukung. Sebagai Langkah awal, untuk bor tangan di 150 titik, Tim PVMBG bersama BPBD Jatim dan BPBD Kabupaten Lumajang akan berkeliling di 11 desa yang ada di Kecamatan Kunir hingga awal Oktober mendatang.

“Untuk titik pertama aktivitas bor tangan dan swedish sounding test dilakukan di lahan perkebunan samping Lapangan Sukosari, Dusun Sukomaju, Desa Sukosari,” ujarnya. 

Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan (PK) BPBD Jatim Gatot Soebroto mengungkapkan, kajian dan penelitian tentang potensi likuefaksi ini setidaknya menjadi langkah deteksi dini dan upaya kesiapsiagaan terhadap segala potensi bencana yang ada di Jatim. Dia berharap, penelitian ini bisa menjadi upaya pengurangan risiko bencana di Jatim.

“Semua orang pasti berharap tidak ada bencana yang terjadi di sekitar kita. Karena itu kita perlu melakukan deteksi dini. Setidaknya untuk mengurangi risiko bencana, dan meminimalisir dampak yang akan ditimbulkan,” kata dia.

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement