Ahad 27 Sep 2020 14:26 WIB

Kasus Harian Covid 19 Jabar Meningkat, Ini Kata Ridwan Kamil

Penambahan kasus ini, paling banyak berasal dari wilayah Bogor, Depok dan Bekasi.

Rep: arie lukihardianti/ Red: Hiru Muhammad
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memberikan keterangan pers usai menjalani uji klinis fase tiga vaksin Covid-19 di Puskesmas Garuda, Jalan Dadali, Kota Bandung, Senin (14/9). Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bersama Kapolda Jabar Irjen Rudy Sufahriadi, Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Nugroho Budi Wiryanto dan Kepala Kejati Jabar Ade Eddy Adhyaksa menjalani penyuntikan kedua sebagai relawan uji klinis fase tiga vaksin Covid-19. Foto: Abdan Syakura/Republika
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memberikan keterangan pers usai menjalani uji klinis fase tiga vaksin Covid-19 di Puskesmas Garuda, Jalan Dadali, Kota Bandung, Senin (14/9). Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bersama Kapolda Jabar Irjen Rudy Sufahriadi, Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Nugroho Budi Wiryanto dan Kepala Kejati Jabar Ade Eddy Adhyaksa menjalani penyuntikan kedua sebagai relawan uji klinis fase tiga vaksin Covid-19. Foto: Abdan Syakura/Republika

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Jumlah kasus baru Harian di Jawa Barat dalam sepekan terakhir ini cenderung meningkat. Apabila biasanya, jumlah rata-rata kasus baru 300-an perhari,  kini jumlahnya melonjak hingga 500-an kasus baru per harinya.

Berdasarkan data Pusat Informasi dan Koordinasi Jawa Barat (Pikobar) pada Sabtu (26/9) pukul 13.30 WIB kasus di Jawa Barat bertambah 734 kasus. Penambahan kasus ini membuat angka kasus infeksi virus Corona di Jabar menembus angka 20.131. Selain itu, terjadi penambahan 804 kasus pada Jumat (24/9), kemudian 516 kasus pada Kamis (23/9), 575 kasus pada Rabu (22/9), 680 kasus pada Selasa (21/9) dan 427 kasus pada Senin (427 kasus) atau rata-rata 600 kasus perhari. Sedangkan, pada Sabtu (26/9) kasusnya mengalami sedikit penurunan yakni sebanyak 386 kasus. 

Penambahan kasus ini, paling banyak berasal dari wilayah Bogor, Depok dan Bekasi (Bodebek). Bahkan, hampir 70 persen kasus yang berada di Jawa Barat berasal dari daerah penyangga ibukota Jakarta ini.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan sebenarnya setengah dari penambahan kasus yang tercatat tersebut telah terjadi pada bulan lalu. Namun, input laporan dari dinas terkait di masing-masing kota/kabupaten terlambat diberikan.

Ridwan Kamil mengatakan, selama seminggu ini adalah laporan yang diinput terlambat oleh daerah-daerah kota/kabupaten yang terjadinya di bulan lalu, sehingga menganalisa terjadinya ledakan."Itu sedikit kurang akurat ya, bahwa per harinya, iya secara statistik memang diumumkan, tetapi sumbernya itu terjadinya ternyata lama," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil kepada wartawan akhir pekan ini. 

Menurutnya, hal ini berbeda dengan temuan klaster di Secapa AD yang diketahui sebanyak 956 orang. "Memang itu tinggi dan kita akui. Sekarang itu makanya mudah-mudahan dalam hitungan beberapa hari kami sudah tidak mendapati lagi kekeliruan-kekeliruan keterlambatan menginput data ke all new record, istilahnya di pemerintah," paparnya.

Provinsi Jawa Barat sendiri, kata dia, telah mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah pusat dan hasilnya pun terbukti positif. "Pak Luhut sudah menjadikan Jawa Barat sebagai salah satu  provinsi yang diberi atensi, dan hasilnya dalam seminggu ada berita baik, yaitu tingkat kematian turun dari 2,4 persen ke 1,8 persen, yang sembuh naik dari 53 persen ke 59 persen," katanya.

Jadi, menurut Emil, kalau ditanya koordinasi dengan Pak Luhut hasilnya apa, ia akan bicara apa adanya. "Tapi kalau fluktuatif, saya belum bisa menyimpulkan terjadi ledakan mungkin ya, yang ada peningkatan betul, tapi pelaporan itu hampir setengahnya adalah dari laporan keterlambatan,"  katanya.

Berdasarkan data dari Pikobar dan juga Gugus Tugas pusat, kasus baru Kamis 24 September 2020, terdapat 804 kasus baru di Jabar sehingga angka kumulatif kasus terkonfirmasi positif di Jabar mencapai 19.397 kasus positif. Sebelumnya pada 23 September 2020 jumlah kasus baru hanya 516, dan pada 22 September 2020 sebanyak 575 kasus baru. Bahkan pada Senin 21 September 2020 tercatat 680 kasus baru di Jabar. 

Pada Ahad  20 September 2020 lalu tercatat 427 kasus baru, Sabtu 19 September sebanyak 470 kasus dan Jumat 18 September sebanyak 341 kasus. 

Sementara menurut Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat dr Berli Hamdani Gelung Sakti, dominasi kasus baru Jabar berasal dari delapan Kabupaten Kota yang sebelumnya sudah ada yaitu Bodebek dan Bandung Raya. Ditambah dengan Karawang dan Kota Cirebon."Tapi banyak kasus lama yang sudah dilaporkan Kabupaten Kota ke Provinsi dan oleh Provinsi sudah disampaikan ke Pusat, tapi baru muncul di media (dipublikasikan) beberapa hari terakhir ini," ujar Berli dihubungi terpisah.

Selain itu, menurut Berli, lonjakan angka tersebut dipengaruhi dengan tes yang masif dilakukan saat ini. Terutama di Cimahi, Kota Bekasi dan Kota Bandung."Ketiga wilayah itu sudah memenuhi  standar WHO, yaitu 1 persen populasi. Bahkan lebih," katanya.

Berli menjelaskan, di Jabar terdapat tiga kota yang sudah memenuhi standar WHO untuk mengetes 1 persen penduduknya dengan tes usap. Sisanya terdapat 24 kota kabupaten yang masih berproses. "Dari 24 tersebut, ada 6 kabupaten kota terutama yang paling tinggi ditemukan konfirmasi tersebut yang sudah hampir memenuhi target WHO," katanya. N Arie Lukihardianti

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement