REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil memberikan sambutan dalam Rapat Paripurna DPRD Kota Bandung dalam rangka HUT ke-210 Kota Bandung, di Gedung DPRD Kota Bandung, Jumat (25/9).
Ridwan Kamil berharap, hari jadi Kota Bandung pada 25 September ini dijadikan momentum introspeksi dalam pelaksanaan agenda pembangunan, terutama upaya pemulihan ekonomi dan penanganan kesehatan akibat pandemi Covid-19.
Selain itu, bertepatan peringatan HUT ke-210 Kota Bandung, Ridwan Kamil menyampaikan beberapa ekonomi baru Jabar berdasarkan kajian ekonomi pascapandemi Covid-19 yang juga bisa diterapkan di Kota Kembang.
Pertama, Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar akan mendorong kawasan metropolitan baru yakni Segitiga Rebana (Cirebon-Patimban-Kertajati) menjadi wadah bagi sejumlah investor yang memindahkan lokasi dari Cina. Sementara investor nonmanufaktur di bidang teknologi akan diarahkan ke Kota Bandung.
"Akan datang aliran investasi yang pindah dari Tiongkok karena Covid-19, peluang ini harus ditangkap oleh kita, khususnya yang sifatnya inovasi teknologi, Kota Bandung harusnya bisa menangkap (peluang investasi)," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil.
Kedua, kata dia, terkait ekonomi pangan. Emil berujar, pandemi Covid-19 menyadarkan semua pihak bahwa pangan adalah sektor yang mampu bertahan dari disrupsi. Untuk itu, ketahanan pangan menjadi sebuah kedaruratan yang harus diantisipasi.
"Program berkebun di rumah atau urban farming menjadi sebuah urgensi. Umumnya di Jabar kita akan mengonversi lahan-lahan menganggur (agar) menjadi ketahanan pangan yang berbasis 4.0," ujar Wali Kota Bandung periode 2013-2018 ini.
Ekonomi yang ketiga, kata dia, yaitu center of exellence (pusat keunggulan) bidang kesehatan, khususnya di Kota Bandung. Kang Emil mengatakan, saat ini alat-alat perang melawan pandemi Covid-19 diproduksi di Kota Bandung, mulai dari ventilator, rapid test kit, reagen PCR, Alat Pelindung Diri, hingga menjadi lokasi uji klinis fase 3 vaksin Covid-19 yang tengah berlangsung.
"Kota Bandung sebenarnya memiliki semua kapasitas untuk memproduksi alat-alat kesehatan yang selama ini terabaikan. Mari semangat (mendorong) industri-industri di Kota Bandung agar tidak mengandalkan (produk) dari daerah lain," papar Emil.
Selain itu, Emil menilai bahwa Kota Bandung memiliki Sumber Daya Manusia yang siap merespons ekonomi digital. Peluang ini harus dijadikan strategi baru dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang tahan terhadap disrupsi selain pangan, yaitu kesehatan dan ekonomi digital.
"Kalau ketiganya (pangan, kesehatan, dan ekonomi digital) bisa Bandung kuasai, suatu hari jika terjadi lagi disrupsi, maka kita sudah siap," katanya.
Keempat, kata dia, yaitu ekonomi sustainable energy (energi berkelanjutan) untuk pemenuhan kebutuhan tanpa mengurangi kualitas produk, contohnya penggunaan mobil listrik.
Kelima, kata Emil, yakni menguatkan pariwisata lokal. Adapun di Jabar, sekitar 90 persen wisatawan yang datang adalah lokal. Untuk itu, usai Covid-19, Kang Emil yakin ekonomi dari sektor pariwisata di Jabar, khususnya Kota Bandung, akan cepat pulih dibandingkan daerah lainnya.
"Ekonomi Kota Bandung harus punya cara lain agar pendapatan yang memang andalannya dari perhotelan, restoran, ekonomi kreatif bisa lebih baik dengan memanfaatkan pariwisata lokal," katanya.
"Jadi menurut hitungan, kalau ekonomi baru ini bisa dikuasai dan suatu saat datang lagi disrupsi seperti (pandemi) COVID-19, (suatu daerah) akan aman. Dan peluang (ekonomi baru) itu semua dimiliki Kota Bandung, jadi tinggal memaksimalkannya saja," tambahnya.
Dalam sambutannya, Emil juga memuji pembangunan di Kota Bandung yang sudah berjalan baik. Raihan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dua kali berturut-turut menjadi bukti efektifnya penggunaan anggaran bagi kebutuhan masyarakat, termasuk pembangunan spiritual.
"Kami (Pemda Provinsi Jabar) pun selalu mendukung kebutuhan Kota Bandung, tinggal disempurnakan proses komunikasinya saja," pesan Kang Emil.
Sementara itu, Wali Kota Bandung Oded M. Danial mengatakan, tema peringatan HUT ke-210 Kota Bandung yakni "Dengan Inovasi dan Kolaborasi Kota Bandung Bergerak Melawan Pandemi Covid-19" dipilih sebagai momentum menjaga pentingnya kedisiplinan, komitmen, konsistensi, dan kolaborasi di masa pandemi.
"Kedisiplinan protokol kesehatan diperlukan untuk memutus mata rantai penyebaran virus, komitmen berkenaan dengan keseriusan menuntaskan pandemi, konsistensi artinya keteguhan menjaga kinerja dalam kondisi apapun, dan kolaborasi bersentuhan dengan kerjasama mengisi kekurangan," kata Oded.
Oded pun menjelaskan, penanganan pandemi Covid-19 bukan hanya tugas pemerintah, tapi juga diperlukan dukungan semua pihak termasuk masyarakat. Apalagi, Kota Bandung memiliki catatan sejarah dan akar budaya masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai "rempug jukung sauyunan" atau satu hati dan saling tolong menolong.