REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelatih Manchester City Pep Guardiola menuduh otoritas sepak bola di Inggris dan Eropa tidak cukup peduli dengan kondisi para pemain. Guardiola mengeluh karena timnya menghadapi jadwal padat di tengah pandemi Covid-19 tanpa beberapa pemain senior karena cedera dan sakit.
City, yang mencapai perempat final Liga Champions musim lalu, mengakhiri musim 2019/20 pada pertengahan Agustus sebelum kembali beraksi di Liga Primer Inggris pada Selasa (29/9). The Citizens akan menghadapi Leicester City pada Ahad (4/10) malam.
The Citizens tidak akan diperkuat pemain timnas Brasil Gabriel Jesus setidaknya satu bulan karena masalah otot. Oleksandr Zinchenko, Sergio Aguero, Bernardo Silva dan Joao Cancelo juga absen karena cedera.
Ilkay Guendogan sedang menjalani isolasi setelah dinyatakan positif Covid-19 dan Aymeric Laporte baru saja kembali berlatih sejak terinfeksi virus corona.
"Kenyataannya adalah apa adanya. Bukan hanya City, itu terjadi di semua klub dan negara. Tidak ada yang peduli dengan para pemain. Semuanya, Liga Primer, UEFA, EFL, telah mempertahankan bisnis dan posisi mereka sendiri," kata Guardiola kepada wartawan yang dikutip Reuters pada Sabtu (27/9).
Ia mengatakan, para pemain menjalani pramusim selama dua pekan. Sekarang, mereka harus bermain setiap tiga hari selama 11 bulan.
Guardiola mengaku mengerti ini situasi yang luar biasa untuk semua orang dan aspek kehidupan seperti restoran, teater, bioskop, museum.
"Setiap orang sedang berjuang. Kami harus percaya pada apa yang kami lakukan, mencoba dan memainkan pertandingan yang bagus. Kami memiliki tiga pemain yang kembali dari tim nasional cedera. Mereka membiarkan kami memainkan dua pertandingan dalam empat hari tanpa persiapan. Mereka bukan mesin," keluh Guardiola.
Setelah pertandingan melawan Leicester, City akan menghadapi Burnley di Piala Liga pada Kamis sebelum pertandingan liga melawan tim promosi Leeds United pada Sabtu depan.