Senin 28 Sep 2020 07:20 WIB

Pelanggaran Industri Sawit Libatkan Merek dan Bank Top Dunia

Banyak pekerja di perkebunan sawit mengalami berbagai bentuk eksploitasi.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Pekerja di perkebunan sawit, ilustrasi
Pekerja di perkebunan sawit, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Suara Jum tampak tersengal-sengal di sambungan telepon. Intonasinya semakin panik. Di sela-sela isak tangisnya, ia menceritakan, dirinya kini terjebak di perkebunan Malaysia yang dikelola oleh Felda milik pemerintah, salah satu perusahaan minyak terbesar di dunia.

Bosnya, kata Jum, menyita dan kemudian menghilangkan paspor Indonesianya. Kondisi itu membuat Jum rentan ditangkap oleh otoritas Malaysia. Malam demi malam, dia terpaksa bersembunyi dari pihak berwenang, tidur di lantai hutan, terkena angin dan hujan. Ketakutan terbesarnya, harimau yang berkeliaran.

Baca Juga

Sementara itu, Jum mengatakan, supervisornya meminta dia untuk tetap bekerja, merawat buah kelapa sawit berwarna jingga kemerahan yang kini sudah masuk ke rantai pasok perusahaan makanan dan kosmetik paling ikonik di dunia. Sebut saja Unilever, L'oreal, Nestle dan Procter & Gamble.

Dengan suara seraknya, Jum berkata, dirinya bukan lagi manusia bebas. "Saya sangat ingin melihat ibu dan ayah saya. Saya ingin pulang ke rumah!" tuturnya, seperti dilansir di Associated Press (AP) News, Kamis (24/9).