Senin 28 Sep 2020 10:43 WIB

Keuntungan Industri China Terus Tumbuh Empat Bulan Terakhir

Pemulihan ekonomi China telah mendapatkan momentumnya.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Industri Cina
Foto: Xinhua
Industri Cina

REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI – Keuntungan perusahaan industri China tumbuh selama empat bulan berturut-turut pada Agustus. Sebagian di antaranya didukung oleh perbaikan harga komoditas dalam manufaktur peralatan, menurut Biro Statistik Nasional pada Ahad (27/9).

Pemulihan ekonomi China telah mendapatkan momentumnya. Tingkat permintaan yang perlahan membaik, stimulus pemerintah untuk dunia usaha dan ekspor yang sangat kuat mendorong terjadinya rebound pada Negeri Tirai Bambu.

Baca Juga

Seperti dilansir di Reuters, Ahad (27/9), yang merujuk pada data Biro Statistik, keuntungan perusahaan industri naik 19,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/ yoy) pada Agustus. Nilai keuntungannya menjadi 612,81 miliar yuan atau 89,8 miliar dolar AS.

Pertumbuhan tersebut melambat sedikit dibandingkan kenaikan pada Juli, yakni 19,6 persen. Pertumbuhan pada Agustus sekaligus menjadi bulan keempat berturut-turut pertumbuhan laba.

Keuntungan manufaktur bahan baku meningkat 32,5 persen pada Agustus, naik dari 14,7 persen pada Juli, menurut pejabat di Biro Statistik, Zhu Hong. Tren ini terutama didorong membaiknya harga komoditas internasional seperti minyak mentah dan bijih besi.

Sementara itu, keuntungan dari sektor manufaktur peralatan umum naik 37 persen pada Agustus. Mesin listrik naik 13,3 persen dibandingkan periode yang sama.

Tapi, keuntungan perusahaan industri masih menghadapi tekanan eksternal. Peningkatan ketegangan antara Washington dengan Beijing mengaburkan prospek perdagangan global.

Indikator ekonomi pada Agustus, mulai dari ekspor hingga harga produsen dan output pabrik, semuanya menunjukkan peningkatan lebih lanjut pada sektor industri. Namun, aktivitas pabrik tumbuh lebih lambat dengan perusahaan kecil menghadapi permintaan pasar yang lesu dan tekanan keuangan.

China telah melakukan berbagai langkah untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi. Mulai dari pengurangan pajak dan biaya hingga pemberian masa tenggang untuk penarikan utang.

Ekonomi China diperkirakan akan stagnan apabila gagal meningkatkan value chain. Sebab, mereka kini menghadapi persaingan yang terus tumbuh dari negara-negara dengan teknologi canggih dan biaya tenaga kerja yang lebih rendah, kata para ekonom.

Pihak berwenang telah berjanji untuk meningkatkan investasi di industri strategis. Termasuk di antaranya sektor teknologi inti seperti 5G, kecerdasan buatan dan semikonduktor dan mempercepat pengembangan material baru untuk memastikan rantai pasok yang stabil.

Sepanjang Januari hingga Agustus, keuntungan perusahaan industri turun 4,4 persen dari tahun sebelumnya menjadi 3,72 triliun yuan. Realisasi ini lebih baik dari penurunan 8,1 persen dalam tujuh bulan pertama.

Sementara itu, liabilitas perusahaan industri naik 6,6 persen per tahun pada akhir Agustus, naik tipis dari 6,5 persen pada akhir Juli.

Situasi berbeda dialami perusahaan industri milik negara. Penghasilan mereka turun 17 persen dalam skala tahunan selama Januari-Agustus. Meski masih kontraksi, nilainya membaik dibandingkan penurunan 23,5 persen dalam tujuh bulan pertama.

Sementara itu, keuntungan sektor swasta secara keseluruhan juga sebenarnya masih mengalami penurunan. Kontraksinya 3,3 persen pada Januari-Agustus, menyempit dari kontraksi 5,3 persen pada Januari-Juli.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement