Senin 28 Sep 2020 12:22 WIB

Kematian Akibat Covid-19 Seluruh Dunia Tembus 1 Juta Kasus

Saat ini lebih dari 33 juta orang telah terinfeksi Covid-19 di seluruh dunia

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Sejumlah orang mengantri untuk mengikuti uji untuk COVID-19 di pusat pengujian seluler di Strasbourg, Prancis timur, Rabu (23/9). Menteri Kesehatan Prancis Olivier Veran mengumumkan penutupan semua restoran dan bar di wilayah Marseille dan pembatasan di beberapa kota lain untuk membendung penyebaran Covid-19. Saat ini pasien Covid-19 telah menempati lebih dari 10% tempat tidur perawatan intensif Prancis. Foto AP / Jean-Francois Badias
Foto: Foto AP / Jean-Francois Badias
Sejumlah orang mengantri untuk mengikuti uji untuk COVID-19 di pusat pengujian seluler di Strasbourg, Prancis timur, Rabu (23/9). Menteri Kesehatan Prancis Olivier Veran mengumumkan penutupan semua restoran dan bar di wilayah Marseille dan pembatasan di beberapa kota lain untuk membendung penyebaran Covid-19. Saat ini pasien Covid-19 telah menempati lebih dari 10% tempat tidur perawatan intensif Prancis. Foto AP / Jean-Francois Badias

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Jumlah kematian global akibat virus corona baru atau Covid-19 melampaui 1 juta kasus pada Ahad (27/9). Virus corona muncul di Wuhan, China dan kurang dari setahun telah menyebar ke seluruh penjuru dunia.

Dilansir laman Channel News Asia, pada Ahad malam pukul 22.30, Covid-19 merenggut 1.000.009 nyawa dari 33.018.877 orang yang dicatat telah terinfeksi. Amerika Serikat (AS) memiliki jumlah kematian tertinggi dengan lebih dari 200 ribu kematian tercatat, diikuti oleh Brasil, India, Meksiko, dan Inggris.

Baca Juga

Pengemudi truk Italia, Carlo Chiodi, menyatakan korban meninggal akibat Covid-19 tersebut termasuk kedua orang tuanya, yang kematian keduanya hanya berselang dalam beberapa hari.  "Yang sulit saya terima adalah saya melihat ayah saya berjalan keluar rumah, masuk ke ambulans, dan yang bisa saya katakan kepadanya hanyalah 'selamat tinggal'," kata Chiodi, 50 tahun.

"Saya menyesal tidak mengatakan 'aku mencintaimu' dan saya menyesal tidak memeluknya. Itu masih menyakitkan saya," katanya.

Pandemi telah merusak ekonomi global hingga memicu ketegangan geopolitik, serta mengubah kehidupan, dari daerah kumuh India dan hutan Brasil sampai kota terbesar di Amerika, New York. Olahraga dunia, hiburan langsung, dan perjalanan internasional terhenti karena penggemar, penonton, dan turis dipaksa untuk tetap berada di rumah, tetap di dalam negeri masing-masing dengan langkah-langkah ketat yang diberlakukan untuk mengekang penyebaran virus.

Pengendalian drastis yang menempatkan separuh umat manusia atau lebih dari 4 miliar orang di bawah beberapa bentuk pembatasan pada April awalnya memperlambat penyebaran Covid-19, tetapi karena pembatasan dikurangi, kasus melonjak kembali.

Para ilmuwan masih berlomba untuk menemukan vaksin yang berfungsi bagiyang melemahkan virus. Pemerintah semua negara kembali dipaksa untuk melakukan tindakan penyeimbangan yang tidak mudah sambil menunggu vaksin. Pengendalian virus memperlambat penyebaran penyakit, tetapi kebijakan itu merugikan ekonomi dan bisnis yang sudah goyah.

Masker dan jarak sosial di toko, kafe, dan transportasi umum kini menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di banyak kota. Pertengahan September terjadi peningkatan rekor kasus di sebagian besar negara. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan kematian akibat virus dapat berlipat ganda menjadi 2 juta jika tanpa tindakan kolektif yang bersifat global.

"Satu juta adalah angka yang mengerikan dan kami perlu merenungkannya sebelum kami mulai mempertimbangkan satu juta kedua," kata direktur darurat WHO Michael Ryan kepada wartawan, Jumat lalu. "Apakah kita siap secara kolektif untuk melakukan apa yang diperlukan untuk menghindari angka itu?," ujarnya menambahkan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement