REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Barat Setiawan Wangsaatmaja mengatakan, kepastian penggunaan hotel dan berapa banyak ruang isolasi yang dibutuhkan belum bisa dipastikan sekarang. Pemesanan hotel nantinya akan dibayarkan oleh pemerintah pusat sehingga butuh koordinasi lebih lanjut berapa banyak ruangan yang akan dipersiapan.
"Kita harus menelaah juga berapa harga hotel yang akan dijadikan ruang isolasi. Harga yang dikeluarkan Gubernur dan BPKP tidak boleh berbeda, makanya saya belum bisa memberikan data detailnya," kata Setiawan di Bandung, Jawa Barat, Senin (28/9).
Sebagai gambaran, kata dia, untuk ruangan isolasi yang ada di Jabar pun belum semuanya terpakai. Di Gedung BPSDM, Kota Cimahi saja baru terisi 20 persen kamar. Kemudian tempat isolasi seluruh daerah di Jabar tingkat keterisiannya baru 40 persen.
Menurut Setiawan, kesiapan hotel dan tempat lainnya menjadi ruang isolasi baru penting dalam mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19. Berdasarkan prediksi banyak pihak, kemungkinan lonjakan ini terjadi pada Desember 2020.
Sebelum ini terjadi, Pemprov Jabar ingin mempersiapkan ruang isolasi bagi pasien COVID-19 yang tidak memiliki gejala. "Kurang lebih kita membutuhkan 1.000 kamar di luar yang ada sekarang," kata Setiawan.
Namun, kata dia, hal ini baru prediksi. Meski begitu, prediksi seperti ini tetap butuh antisipasi dari awal sehingga ketika benar terjadi. Penyiapan ruang isolasi ini pun tidak terpaku di hotel saja. Sejumlah stadion dan tempat pelatihan atau asrama pun mulai dipantau.
Penggunaan asrama bahkan lebih memungkinkan karena sudah ada kamar yang tersedia. Tinggal menambahkan sejumlah fasilitas bagi pasien Covid-19 OTG.
"Kita melihat yang paling memungkinkan dan lebih murah. Kalau ada stadion artinya banyak hal yang harus kita perbaiki," kata Setiawan.