Senin 28 Sep 2020 15:29 WIB

Pertamina Serap Produksi KKKS Tiga Bulan Sekali

Dengan mengurangi frekuensi pembelian minyak dari KKKS, Pertamina lebih efisien.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolandha
PT Pertamina (Persero) mengubah skema atau mekanisme pembelian minyak mentah dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Hal ini dilakukan sebagai strategi melimpahnya stok minyak mentah ataupun BBM akibat penurunan konsumsi BBM selama pandemi.
Foto: Istimewa
PT Pertamina (Persero) mengubah skema atau mekanisme pembelian minyak mentah dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Hal ini dilakukan sebagai strategi melimpahnya stok minyak mentah ataupun BBM akibat penurunan konsumsi BBM selama pandemi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) mengubah skema atau mekanisme pembelian minyak mentah dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Hal ini dilakukan sebagai strategi melimpahnya stok minyak mentah ataupun BBM akibat penurunan konsumsi BBM yang sangat signifikan semenjak pandemi Covid-19 berlangsung pada Februari lalu.

Direktur Logistik dan Infrastruktur Pertamina Mulyono menjelaskan dengan mengurangi frekuensi pembelian minyak dari KKKS bisa membuat perusahaan efisien. Sebab, produksi dari sumur yang dikelola Pertamina sendiri saat ini juga masih berlebih jika dibandingkan pada serapannya.

"Harusnya tiap bulan minyak KKKS diambil, tapi diambil 3 bulan sekali jadi storage Pertamina bisa digunakan untuk timbun crude dan gasoline," kata Mulyono, Senin (28/9).

Mulyono menjelaskan konsumsi BBM Pertamina sejak Januari hingga April terus menunjukkan tren negatif dan puncaknya paling parah terjadi pada April. Konsumsi baru bisa merangakak naik memasuki bulan Mei. 

"Mei, Juni, dan Juli sudah mulai recover, mudah-mudahan Agustus sudah mulai bagus, mudah-mudahan September Oktober gak terjadi PSBB (di semua daerah) lagi," ujar Mulyono.

Dia menuturkan jika dulu Pertamina selalu dikejar untuk amankan stok BBM secara nasional. Sekarang justu Pertamina mencari cara bagaimana agar stok BBM di depot dikeluarkan atau segera didistribusikan untuk memberikan ruang bagi minyak yang siap untuk diambil lagi dari KKKS.

Stok premium pada April sampai menyentuh angka 38 hari, padahal normalnya hanya 20 hari. Kondisi stok solar juga pernah mencapai 31 hari padahal normal hanya 15 hari. 

Stok avtur juga bahkan sempat mencapai 564 hari pada bulan Mei karena kebutuhan turun sampai 90 persen. Sementara untuk BBM jenis lainnya stok juga sempat meningkat seperti perta series yang sempat mencapai 47 hari, padahal normalnya hanya 8-10 hari.

"Dulu kami dikejar-kejar supaya depot nggak kosong, sekarang terbalik, bagaimana supaya tangki nggak penuh," ujar Mulyono.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement