Senin 28 Sep 2020 23:04 WIB

 Tes Usap BIN, Pengamat: Tahan Diri dan tak Saling Cerca

Presiden memerintahkan BIN membantu pemerintah dan negara menangani pandemi.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Agus Yulianto
Boni Hargens
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Boni Hargens

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik Boni Hargens mengimbau, semua pihak agar bersikap bijaksana dan menahan diri untuk tidak saling mencerca. Menurutnya, publik sebaiknya terus melakukan hal positif untuk kebaikan bersama supaya bisa keluar dari kemelut pandemi Covid-19.

"Saat ini, Indonesia memerlukan kerja nyata, bukan retorika kosong. Saya sendiri justru berharap, organisasi masyarakat, kelompok peneliti di kampus-kampus dan pihak manapun ikut membantu seperti yang telah dilakukan BIN," katanya dalam keterangan, Ahad (27/9).

Dia menilai, wajar masih adanya kritik terhadap program tes usap yang dilakukan pemerintah atau lembaga negara lainnya. Menurutnya, tidak ada satupun negara di dunia hari ini yang berhasil sempurna menangani masalah pandemik yang terjadi saat ini. 

"BIN sudah bekerja maksimal, harusnya kita hargai. TNI dan POLRI juga ikut membantu dengan caranya masing-masing. Itu pun mesti kita apresiasi, bukannya malah menambah masalah dengan mengajukan kritik tanpa solusi," katanya.

Menurutnya, perintah UU Intelijen nomor 11 tahun 2011 sangat jelas bahwa BIN sebagai mata dan telinga negara mengandung implikasi bahwa presiden Republik Indonesia adalah single user dari seluruh aktivitas intelijen. Maka, dia mengatakan, ketika skala peningkatan korban Covid-19 semakin meresahkan pada Maret lalu, Presiden Joko Widodo memerintahkan BIN untuk turut membantu pemerintah dan negara menangani pandemi.

Atas dasar perintah itu, BIN telah bekerja keras, termasuk melalui program tes usap yang dikenal dengan istilah polymerase chain reaction (PCR). Dia berpendapat, hal tehnis seperti ini tentu tidak diatur di dalam UU manapun karena memang pandemi Corona ini situasi spesifik dan darurat yang sulit diprediksi dari awal. 

Menurutnya, pihak manapun di dunia tidak ada yang berhasil memprediksi pandemik ini menjadi persoalan paling rumit dalam hampir setahun terakhir. Dia mengarakan, seharusnya publik bangga dan berterima kasih kepada BIN yang sudah memperlihatkan komitmenya membantu bangsa dan negara. 

"Harusnya seluruh komponen bangsa bersyukur karena BIN ikut berjibaku membantu menyelamatkan masyarakat," katanya.

Sebelumnya, hasil tes usap yang dilakukan oleh BIN diduga tidak akurat. Hal ini diketahui dari tes usap yang mereka lakukan terhadap 16 pegawai Lembaga Administrasi Negara (LAN) dan sejumlah pegawai swasta.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement