REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pada abad ke-13 muncul sebuah kerajaan kecil di Asia, terjepit di antara Byzantium dan Mongol. Kerajaan kecil yang dipimpin Osman I itu memiliki prajurit Gahzi yang mendedikasikan dirinya berjuangan untuk agama Islam.
Kerajaan kecil itu bernama Utsmaniyah atau Ottoman, yang terus berkembang menjadi sebuah kerajaan besar dan kuat, hingga menguasi tiga benua, Asia, Eropa, dan Afrika. Berjaya selama 600 tahun atau enam abad, banyak hal-hal yang terlewati, hal-hal aneh dan menjadi rahasia gelap kekaisaran Ottoman.
Republika.co.id kembali menurunkan artikel serialnya, kali ini bagian terakhir dari fakta-fakta Ottoman sebagaimana dikutip dari History Collection. Berikut ini fakta-fakta itu:
Kelima belas, sultan Ibrahim mengasingkan ibunya dan mengambil alih kendali pribadi pemerintahan. Hasilnya adalah bencana. Ibrahim memerintahkan eksekusi para menterinya yang paling cakap, dan menghabiskan waktu dengan boros sampai dia mengosongkan perbendaharaan.
Pada 1647, gaya hidup yang boros dan pajak yang berat hingga blokade Venesia, membawa ibu kota Ottoman ke ambang kelaparan. Pada 1648, penduduk memberontak, didorong oleh ulama, dan bergabung dengan tentara.
Masyarakat yang marah menangkap Wazir Agung Ibrahim dan mencabik-cabiknya, hingga akhirnya Sultan digulingkan demi putranya yang berusia enam tahun. Sebuah fatwa kemudian dikeluarkan untuk eksekusi Ibrahim, yang dilakukan dengan cekikan pada 18 Agustus 1648.
Keenam belas, kepemimpinan wanita. Sebagian besar, Harem sultan Ottoman bukanlah taman bermain kesenangan sensual. Sebaliknya, itu lebih merupakan tempat pembuangan di mana ratusan kerabat wanita kerajaan, selir, dan istri disimpan, kebanyakan dari mereka merasa bosan karena tidak banyak yang bisa dilakukan.
Namun, beberapa wanita harem kuat dan berhasil memegang pengaruh besar selama 130 tahun, sekitar tahun 1533 hingga 1656. Periode itu kemudian dikenal sebagai "Kesultanan Wanita".
Selama kesultanan wanita, istri kekaisaran yang dikenal sebagai sultan Haseki dan ibu dari sultan yang dikenal sebagai sultan Valide, sering kali memegang kekuasaan politik dan sosial yang besar. Posisi mereka seringkali mempengaruhi jalannya Kekaisaran Ottoman sehari-hari, pengangkatan, pemecatan, dan kadang-kadang eksekusi para pejabat utamanya.
Ketujuh belas, tentara Ottoman pernah memenangkan peperangan bahkan sebelum prajurit berperang. Sebuah pertempuran Karansebes terjadi pada 1788, yakni antara Turki dan Australia yang bersekutu dengan Jerman. Lazimnya sebuah perang, pasti ada korban yang terluka hingga meninggal baik dari pihak kalah ataupun menang. Tapi anehnya, pada Perang Karansebes ini, pasukan Turki menang telak melawan pasukan Habsburg Australia.
Peperangan ini menyaksikan sebuah insiden paling lucu dalam sejarah. Karena saat tentara Turki datang ke medan perang, ternyata 10 ribu tentara Habsburg sudah tergeletak tidak bernyawa di medan perang.
Peristiwa ini di latarbelakangi perkelahian tentara Australia yang tengah mabuk sebelum hari peperangan. Tentara Habsburg Austria yang memiliki beragam etnis dan bahasa, sehingga sulit memahami bahasa satu sama lain.
Peristiwa dimulai pada malam 21-22 September 1788, prajurit berkuda Austria menyeberangi sungai untuk mengintai dan tidak menemukan orang Turki. Tetapi mereka menemukan Gipsi yang menjual minuman sehingga pasukan kuda Australia mabuk berat.
Komandan Australia yang khawatir karena prajuritnya tidak kunjung kembali dari pengintaian mereka, akhirnya mengirim beberapa pasukan infanteri ke seberang sungai untuk memeriksanya. Pasukan infanteri menemukan prajurit berkuda yang tengah minum dan mabuk, mereka pun meminta bagian.
Tetapi prajurit berkuda menolak, sehingga perkelahian pun tidak dapat dihindari, bahkan sampai terjadi baku tembak. Seorang prajurit infanteri memiliki ide cerdik untuk mengecoh prajurit berkuda dengan meneriakkan "Turci! Turci!"
Hal itu menyebabkan para tentara yang mabuk itu melarikan diri dengan panik sambil berteriak Turci! Turci. Mereka bergabung dengan banyak prajurit infanteri, tidak menyadari bahwa alarm itu adalah lelucon yang diteriakkan salah satu rekan mereka.
Kamp Austria bergerak dengan gelisah karena mendengar suara tembakan dan teriakan di seberang sungai. Ketika gerombolan prajurit yang panik dan infanteri mendekati kamp, berteriak Turci- Turci! lalu penjaga dengan panik berteriak kembali “Berhenti-Berhenti!"
Teriakan itu disalah artikan oleh beberapa tentara yang tidak berbahasa Jerman sebagai “Allah! Allah!" Sehingga, seorang perwira yang khawatir bahwa kamp sedang diserang, langsung memerintahkan meriamnya untuk melepaskan tembakan.
Ketika para tentara terbangun karena suara pertempuran, terkejut dan bingung, beberapa mulai menembak dengan liar. Dalam beberapa menit, kepanikan dan tembakan liar menyebar dan melanda kamp. Segera, seluruh resimen saling menembak satu sama lain, sebelum seluruh pasukan lari dan tersebar dalam kepanikan. Tentara Ottoman tiba dua hari kemudian menuju kamp Austria. Di sana, mereka menemukan 10 ribu tentara Habsburg tewas dan terluka.
Kedelapan belas, reformasi. Pada abad kesembilan belas, Kekaisaran Ottoman telah memasuki periode kemunduran yang parah. Hari-hari para sultan yang dinamis, penguasa yang biasa-biasa saja dan tidak kompeten menggantikan satu sama lain, sementara kekalahan militer dan penyusutan wilayah Ottoman menjadi norma.
Pada pertengahan abad kesembilan belas, reformasi struktural dicoba, dengan harapan meliberalisasi dan memodernisasi Kekaisaran Ottoman yang runtuh. Mereka kandas di bebatuan konservatisme agama dan sosial, kelembaman, dan korupsi mengakar yang menolak semua upaya untuk membersihkan sistem. Sehingga Ottoman terhuyung-huyung, semakin mundur dan terus mundur. Sampai pada Perang Dunia I, ketika mereka bergabung dengan pihak yang salah, dan secara efektif menandatangani surat perintah kematian kekaisaran.
Kesembilan belas, runtuhnya kekaisaran Ottoman dan munculnya Republik Turki. Enam abad lamanya Kekaisaran Ottoman berkuasa. Waktu yang sangat lama dan selama rentang waktu itu, pasukan Ottoman berubah dari berperang melawan Kekaisaran Bizantium dengan busur dan anak panah, menjadi berperang melawan Kerajaan Inggris dengan senapan mesin, artileri modern, dan pesawat terbang.
Kekalahan pada perang dunia I dan dampaknya langsung menghabisi Ottoman. Setelah perang, sultan terakhir, Mehmet VI, menandatangani perjanjian damai yang dipandang sebagai pengkhianatan yang memalukan oleh kaum nasionalis Turki di Anatolia, jantung kekaisaran. Sebuah oposisi nasionalis yang dipimpin oleh Mustafa Kemal melancarkan Perang Kemerdekaan Turki yang sukses (1919-1923). Pada saat debu telah mengendap, Mehmet VI telah dipaksa untuk turun tahta, mengakhiri Kekaisaran Ottoman dan menjadi Republik Turki.
Sumber: https://historycollection.com/the-mighty-ottoman-empires-lesser-known-facts/%C2%A0