Senin 28 Sep 2020 17:17 WIB

Seperti Apa Perjalanan Nabi Adam dari India Menuju Makkah?

Nabi Adam AS menempuh perjalanan dari India menuju Makkah.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Nashih Nashrullah
Nabi Adam AS menempuh perjalanan dari India menuju Makkah.  Jabal Rahmah atau Bukit Kasih Sayang, yang mengkisahkan pertemuan Nabi Adam AS dan Siti Hawa setelah 300 tahun terpisah
Foto: dok. Kemenag.go.id
Nabi Adam AS menempuh perjalanan dari India menuju Makkah. Jabal Rahmah atau Bukit Kasih Sayang, yang mengkisahkan pertemuan Nabi Adam AS dan Siti Hawa setelah 300 tahun terpisah

REPUBLIKA.CO.ID,  Syekh Ahmad bin Muhammad Ats-Tsalabi dalam bukunya yang diterjemahkan  Abdul Halim berjudul “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman”, menuliskan sebuah riwayat bahwa saat diturunkan ke bumi, Nabi Adam yang berada di India, diperintahkan  Allah SWT untuk berhijrah ke Makkah, tempat Hawa berada.

Dalam perintah tersebut, Allah SWT juga memerintahkan Adam untuk bertawaf dan meminta ampun atas kesalahan yang telah diperbuatnya. 

Baca Juga

Allah SWT berfirman, “Pindahlah dari negeri Hindi (India) ke Makkah; thawaf-lah di sekitar tempat Baitullah dan mintalah pengampunan dari-Ku, tentu Aku akan mengampuni kesalahanmu.”   

Kemudian Allah SWT mengutus seorang malaikat untuk menuntun Adam dan menunjukkan ke jalan menuju Makkah, bersamaan dengan itu, Adam juga diberikan sebuah tongkat dari pohon kayu As, salah satu jenis pepohonan di surga yang panjangnya 20 siku.  

Setelah Adam memasuki Makkah, Allah mewahyukan kepadanya untuk thawaf di tempat yang akan menjadi Baitullah tersebut. Dia mengerjakan thawaf sebanyak 7 kali tanpa memakai penutup kepala dan bertelanjang. Setelah Adam mengerjakan itu, Allah mengampuni kesalahannya dan menerima tobatnya, dan tawafnya diibaratkan sebagai pelebur dosa. Setelahnya, Adam diperintahkan untuk pergi ke Arafah, dan berdiam di sana. Disanalah Adam dan Hawa akhirnya bertemu. Sejak saat itu, diam (wuquf) di Arafah dijadikan salah satu bagian dari ritual ibadah. Tempat tersebut diberi nama Arafah karena menjadi tempat Adam dan Hawa bertemu.  

Menurut sebuah riwayat, perpisahan antara Adam dan Hawa terjadi selama 500 tahun. Dikatakan pula bahwa saat turun ke bumi, Adam disertai delapan binatang yang berpasang-pasangan, salah satunya sepasang domba dan kambing. Adam lalu diperintahkan untuk minum dari susu mereka dan membuat pakaian dari bulu-bulunya. 

Saat tiba di bumi, Adam mengadu kepada Tuhan, dia berkata, “Wahai Tuhanku, aku tidak tahu waktu-waktu untuk beribadah.” Atas pengaduan ini, Allah SWT menurunkan seekor ayam jantan sebesar kerbau yang besar, warnanya putih. Apabila ayam tersebut mendengar para malaikat bertasbih di langit, maka ia juga akan ‘bertasbih’ di bumi. Dari tasbih ayam jantan itu, Adam tahu bahwa itulah waktu-waktu ibadah.  

Selanjutnya, Adam menanam pepohonan, menggali sumur, dan membuat rumah. Lalu Allah menurunkan 21 sahifah (lembaran) yang memuat keterangan haramnya bangkai, darah, daging babi, dan lain sebagainya. Bersamaan dengan itu, diturunkan juga huruf-huruf hijaiyah (alfabet) yang berjumlah 29. 

Huruf-huruf tersebut dipelajari Adam agar bisa membaca shuhuf (lembaran-lembaran). Tidak ada satupun yang mampu menambah satu huruf pun ke dalam shuhuf tersebut. Sebab, hukum Tuhan itu pasti dan sempurna.

Dalam bukunya, cendekiawan Islam asal Persia itu menuliskan, jumlah anak yang dilahirkan oleh Hawa berasal dari 20 kandungan. Dalam setiap kandungan ada dua anak, laki-laki dan perempuan. Jadi, dia memiliki 40 anak, laki-laki dan perempuan.

Diriwayatkan bahwa anak-anak Adam selama Adam hidup terus-menerus melahirkan keturunan hingga jumlahnya mencapai sekitar 40 ribu laki-laki dan perempuan.

 يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً

“Yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan darinya Allah menciptakan istrinya dan dari keduanya Allah memperkembang-biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.” (QS An-Nisaa’ : 1). 

Ketika keturunan Adam kian membanyak, satu sama lain mulai bertengkar. Maka Allah menurunkan tongkat dari surga kepada Adam untuk dipakai mendidik anak-anaknya ketika mereka menentangnya. Oleh karena itu, dikatakan pula bahwa tongkat itu berasal dari surga. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement