REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja khawatir penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ketat di Jakarta terus diperpanjang. Mengingat tren kasus positif Covid-19 tidak turun, melainkan naik."Kasus positif naik dari waktu ke waktu, padahal PSBB ketat untuk kurangi kasus positif Covid-19. Kalau ini terus terjadi, peritel tidak sanggup lagi," ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, Senin (28/9).
Jika peritel tidak mampu bertahan, lanjutnya, maka para karyawan yang tadinya hanya dirumahkan akan di-PHK. Industri ritel, tergantung jumlah kasus positif Covid-19.
"Ini yang harus kita antisipasi bersama pemerintah turunkan kasus positif. Namun di sisi lain sudah kehabisan tenaga, maka bagaimana agar ekonomi bertahan tapi kasus positif ditekan," kata Alphonzus.
Ia menjelaskan, industri ritel tidak mudah memutus hubungan kerja (PHK) karyawannya. Maka sejak pandemi terjadi, karyawan hanya dirumahkan. Mereka dirumahkan karena penjualan hanya sekitar 10 persen. "Maka tanpa bantuan pemerintah, penutupan akan terjadi. Ritel tutup, seluruh mall menyerah," ujarnya.
Alphonzus menyebutkan, masalah ini telah dibahas pemerintah dalam rapat koordinasi. Hanya saja hingga sekarang belum ada keputusan. "Diperlukan respon secepatnya karena kondisi ini mengkhawatirkan. Penerapan PSBB ketat periode satu dan dua, kalau begini bisa lebih lama diterapkan dan mengkhawatirkan," kata dia.
Kondisi, sambungnya, dapat lebih parah jika masuk resesi. "Waktu itu belum resesi saja PSBB ketat sudah mengkhawatirkan, apalagi plus resesi ekonomi. Sekarang memang situasi sangat berat," ujar Alphonzus.