REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hingga saat ini penembak Pendeta Yeremia Zanambani di Intan Jaya, Papua--beberapa waktu lalu--masih simpangsiur. Termasuk ada tudingan bahwa yang menembak Pendeta Yeremia adalah aparat, karena dicurigai membantu Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Namun, juga ada versi bahwa Pendeta Yeremia merangang nyawa usai ditembak KKB.
"Selama ini memang propaganda KKB memang demikian selalu menyudutkan dan menyalahkan Polri dan TNI di sana," ujar Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Awi Setiyono, saat ditemui di Kompleks Bareskrim, Jakarta Selatan, Senin (28/9).
Awi mengatakan, tim gabungan Polri dan TNI menggelar olah tempat kejadian perkara (TKP) kasus penembakan terhadap almarhum Pendeta Yeremiah, almarhum Pratu Dwi Akbar dan almahrum Serka Sahlan di Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua, Ahad (27/9). Namun, pada saat olah TKP tersebut, dikabarkan sempat terjadi bentrokan antara aparat dengan KKB.
Awi menyampaikan, jika sudah menerima hasil olah TKP dari tim gabungan tersebut akan merilisnya. "Di sana sudah ada tim gabungan TNI-Polri yang kita sama-sama tunggu nanti tentunya hasilnya dari tim gabungan akan merilis," tutur Awi.
Sementara itu, terkait wacana Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) meminta agar pemerintah membentuk tim independen dan menyelesaikan kasus ini secara hukum. Awi menegaskan, Polri tidak dalam kapasitas menentukan pembentukan tim independent terebut. Oleh karena itu, pihaknya mempersilakan jika ada pihak yang hendak membentuk tim investigasi terkait penembakan terjadap Pendeta Yeremia
"Kalau tim independent silakan saja, kan bukan saya yang menentukan, bukan Polri. Polri kan sudah ada tim gabungan dengan TNI," tegas Awi.