Selasa 29 Sep 2020 02:33 WIB

Video Gunung Salak Terbelah 3 Titik, Ini Tanggapan BNPB

Gunung Salak tidak terbelah, tapi terjadi longsor karena hujan lebat.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Agus Yulianto
gunung salak
Foto: antara
gunung salak

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Beredar video di akun media sosial youtube terkait kondisi Gunung Salak yang terbelah menjadi tiga titik. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menanggapi, bahwa Gunung Salak itu tidak terbelah. Tetapi terjadi longsor di wilayah pemantauan di Desa Pasirjaya, Kecamatan Cigombong, Bogor, Jawa Barat.

“Ya yang beredar di media sosial itu tidak benar ya. Tim BPBD sudah mengecek disana. Tidak ada yang terbelah di Gunung Salak. Di sana kemarin itu terjadi longsor karena hujan yang lebat dan sekarang sudah enggak ya,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati saat dihubungi Republika, Senin (28/9).

Dia mengatakan, longsoran dipicu salah satunya karena hujan yang sangat lebat pada Senin lalu (21/9). Saat itu hujan diikuti dengan angin kencang. 

Berdasarkan laporan Resort PTNW Gunung Salak 1 pada Kamis (24/9), curah hujan mengakibatkan debit air Sungai Cikedung meluap dan longsoran di bibir sungai. Wilayah pemantauan di Desa Pasirjaya, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Identifikasi lapangan hingga jalur Sungai Cikedung dari hulu atau puncak Salak 3 sampai hilir (Palalangon). 

Luapan Sungai Cikedung juga dipicu oleh rusaknya jalur sungai, seperti pendalaman dan pelebaran jalur sungai, serta kerusakan lain di bagian hilir. Beberapa catatan terkait dengan kerusakan yang teridentifikasi yakni tertutupnya akses jalan dari Kampung Palalangon dan Kampung Loji serta longsor di tiga wilayah yang menimpa rumah warga, mushola dan jembatan penghubung Palalangan dan Loji. 

Hasil survei hulu Sungai Cikedung dan Cisereh di puncak Gunung Salak-3 menyebutkan, terdapat longsoran di sepanjang bibir hulu sungai akibat hujan deras pada Senin lalu. Di samping itu, pada pemantauan saat itu Tim Resort Salak-1 dan PSSEJ tidak menemukan adanya bekas penebangan liar. Bencana longsor akibat fenomena alam, kayu yang dibawa air sungai merupakan longsoran sepanjang aliran sungai. 

Dikatakannya, tidak ditemukan adanya bekas penebangan liar, bencana longsor akibat fenomena alam, kayu yang dibawa air sungai merupakan longsoran sepanjang aliran sungai.

“Pada saat kejadian tinggi air sungai di hulu atau puncak Salak 3 cukup tinggi dan air terpecah di lokasi pesawahan dan ladang atau kebun masyarakat. Pada cuaca normal aliran air sungai sangat kecil dan akan sangat besar pada saat hujan deras atau ekstrem,” kata dia.

Kepala BNPB Doni Monardo meminta, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) agar menghimbau masyarakat yang berada di bagian bawah dan di sekitar kawasan untuk berhati-hati terhadap longsoran tersebut.

“Jangan sampai kena material longsor. Kalau ada yang berisiko, ambil langkah mengungsi selama musim hujan,” katanya.

Dia mengimbau, agar masyarakat waspada dan siap siaga untuk mendapatkan informasi dari Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tentang peringatan dini cuaca, khususnya pada 26 dan 27 September 2020. Prakiraan BMKG menyebutkan, wilayah Jawa Barat termasuk salah satu wilayah dengan potensi hujan lebat yang diikuti dengan petir/kilat dan angin kencang. Sedangkan pada 28 September 2020, potensi hujan masih dapat terjadi dengan disertai petir atau kilat dan angin kencang. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement