REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Satgas Covid-19 IDI Profesor Zubairi Djoerban mengatakan, saat ini, sudah ada penambahan dokter umum dan spesialis untuk menangani pasien Covid-19. Namun, penambahan dokter ini didasari dengan mendapatkan pelatihan dan kompetensi terlebih dulu.
"Semua orang takut, dokter juga pada takut pada Covid-19. Maka itu diatur oleh konsil kedokteran Indonesia ada pelatihan dan kompetensi terlebih dahulu. Pada prinsipnya semua dokter aman. Walaupun ada dokter muda. Kami tidak mengorbankan dokter muda untuk terinfeksi," katanya saat dihubungi Republika, Senin (28/9).
Menurutnya, dengan ada penambahan dokter nantinya pasien yang ada akan ditangani secara cepat. Saat ini jumlahya terbatas apalagi yang dokter spesialis paru, penyakit dalam dan anestesi konsultan emergensi. Mereka yang masuk ke dalam ruangan Covid-19 juga dilatih akan menangani pasien seperti apa.
"Makanya, ada training of trainer. Dokter-dokter ini harus berkompeten dan sesuai SOP agar tidak mudah tertular dan menangani pasien dengan benar," kata dia.
Sebelumnya diketahui, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta merekrut 1.000 tenaga kesehatan baru untuk membantu penanganan pasien Covid-19 yang terus meningkat di Ibu Kota. Perekrutan itu didasarkan pada kajian kebutuhan tenaga kesehatan hingga Desember 2020.
Kebutuhan itu kami hitung baru dari permintaan RSUD dan RS vertikal. Sementara ada beberapa rumah sakit lain berproses mengajukan permintaan," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Widyastuti di Balai Kota Jakarta, Kamis (3/9).
Untuk jumlah pendaftar saat ini ada sekitar 1.800 orang. Tenaga kesehatan yang dibutuhkan itu terdiri atas dokter, analis, perawat dan beberapa bidang lainnya sesuai permintaan 67 rumah sakit rujukan. "Masih perlu diseleksi lagi berapa yang lolos nantinya," katanya.