REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perkebunan Nusantara (PTPN) Holding menyatakan bakal memfokuskan pengembangan budidaya kelapa sawit untuk kepentingan ketahanan energi. Ia mengatakan, minyak sawit menjadi bahan baku andalan di Indonesia dalam produksi biofuel.
"Saya pernah sampaikan bahwa sebenarnya yang cocok adalah membangun kemandirian energi berbais biofuel dari minyak sawit," kata Direktur Utama Holding PTPN III, Mohammad Abdul Ghani dalam webinar LPP Agro Nusantara, Selasa (29/9).
Ia mengatakan, sejauh ini total luas perkebunan kelapa sawit secara nasional mencapai 14,7 juta hektare dengan produksi rata-rata 45 juta ton per tahun. Dengan kata lain rata-rata produktivitas masih sekitar 3 ton per hektare.
Lebih lanjut, ia memaparkan dari total produksi itu, sekitar 15 juta ton digunakan untuk industri hilir termasuk untuk bahan bakar. Sisanya, 30 juta ton digunakan untuk kebutuhan lain.
PTPN, kata Abdul, telah menyusun roadmap agar produktivitas sawit kelolaan perseroan bisa mencapai 5 ton per hektare dalam waktu lima tahun. Tingginya produktivitas akan memberikan ruang bagi PTPN dan pemerintah dalam mengelola minyak sawit untuk kebutuhan energi nasional.
"Target ke depan, PTPN akan masuk ke dalam industri hilir bahan bakar. Semakin terlibatnya PTPN dalam energi kita pastikan kemandirian energi biofuel akan makin meningkat," ujarnya.
Abdul mengatakan pihaknya juga telah bekerja sama dengan PT Pertamina (Persero) untuk memproduksi minyak kelapa sawit. Yakni untuk kilang Cilacap, Jawa Tengaj dan Kilang Plaju di Sumatera Utara untuk produksi green energy biofuel.