REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI – Drama Turki, "Dirilis : Ertugrul" (kebangkitan Ertugrul) menjadi sangat populer di Paksitan dan India. Drama tersebut menggambarkan keberanian, kesetiaan, dan pengorbanan untuk memperjuangkan hak dan martabat mereka.
Drama tersebut ditayangkan pertama kali pada 2017 melalui streaming di Netflix. Drama Turki ini belakangan menjadi sangat populer di India, terutama di kalangan anak muda Muslim.
Drama ini pertama kali ditayangkan di Turki pada Desember 2014 dan berlangsung selama 448 episode selama lima musim.
Di Kashmir, beberapa bayi diberi nama dengan tokoh protagonis dalam drama Ertugrul. Selama musim dingin, topi bergaya Ertugrul dengan bulu berwarna merah darah juga menjadi sangat populer di Lembah.
Pada bulan Mei, Riyaad Minty, seorang pejabat senior di TRT, penyiar Turki yang memproduksi acara tersebut, melalui Twitter mengungkapkan kegembiraannya. Bahwa ada peningkatan dramatis jumlah orang India yang mencari acara tersebut di YouTube dan Facebook.
Dilansir dari scroll, Selasa (29/9), drama tersebut dipenuhi dengan plot menawan dengan nuansa religius, pertarungan heroik, misteri, dan mitos. Dirilis adalah drama fiksi yang menelusuri prasejarah pembentukan Kekaisaran Ottoman. Ini menceritakan kisah Turki Oghuz abad ke-13 yang dipimpin oleh pahlawan legendaris Ertugrul, ayah Osman yang dianggap sebagai pendiri Kekaisaran Ottoman.
Namun di balik kesuksesan drama tersebut, beberapa negara seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Mesir melarang pemutaran drama "Dirilis Ertugrul". Karena dianggap kontroversi dengan pesan politik dan makna budaya yang disuguhkan dalam drama.
Pada Februari, Dewan Fatwa tertinggi Mesir mengeluarkan pernyataan yang menuduh Turki mencoba menciptakan "pengaruh wilayah" untuk dirinya sendiri di Timur Tengah menggunakan kekuatan lunaknya.
Kritikus di Turki mengklaim bahwa Dirilis memperkuat pesan nasionalisme Muslim yang telah membantu Presiden Recep Tayyeb Erdogan melegitimasi kekuasaannya.
Fakta bahwa penulis dan produser serial ini, Mehmet Bozdag, terkait dengan Partai Keadilan dan Pembangunan Presiden dan Presiden Erdogan secara terbuka memuji serial tersebut dan para pemerannya tampaknya memperkuat klaim ini. Pertunjukan ini juga sangat populer di Pakistan. The channel TRT Ertugrul PTV YouTube yang memiliki 8,8 juta pelanggan.
Pada bulan Juni, ada laporan bahwa dua patung Ertugrul telah didirikan di Lahor e sebagai daya tarik bagi Muslim Pakistan. Bahwa mereka mencoba untuk membangun pemahaman tentang masa lalu, dan berusaha untuk tidak membentengi dirinya sendiri dengan sejarah anak benua tetapi sebaliknya, bangga menjadi bagian dari ummah Muslim yang lebih luas.
Di India, "Dirilis Ertugrul" memiliki banyak pengikut juga. Beberapa penonton menghargai karena nilai-nilai produksinya, penampilan yang brilian, penceritaan yang hebat, dan aksi yang mencekam.
Bagi yang lain, ada penggambaran karakter Muslim yang tidak bias, penyimpangan yang menyegarkan dari penggambaran stereotip tokoh sejarah Muslim di bioskop India, yang selama ini dianggap sebagai orang barbar dan pembunuh kejam.
Tetapi apakah popularitas serial ini di India didorong faktor yang sama yang mendasari kesuksesannya di Turki atau Pakistan? Apakah Muslim India termotivasi krisis identitas atau digerakkan oleh gerakan politik pan-Islam yang membentuk imajinasi Muslim di negara lain?
Situs web Hindutva OpIndia berpendapat bahwa serial tersebut populer di kalangan Muslim India karena alasan yang sama dengan Muslim Pakistan. OpIndia menyebut, Muslim India menyangkal tentang agama Hindu sebagai warisan leluhur mereka dan memandang Turki dan Arab untuk mengatasi krisis identitasnya.
Ini adalah penilaian yang salah. Tidak seperti Muslim Pakistan, Muslim India memilih India sebagai negara demokratis daripada negara Islam Pakistan.
Jadi alasan popularitas "Dirilis : Ertugrul" di kalangan Muslim India sebenarnya sangat lokal. Ini muncul karena krisis sosial-politik kontemporer India. Bukan rahasia lagi bahwa Muslim India telah dibuat bungkam dalam wacana politik nasional, serta keberadaan mereka sebagai warga negara tampaknya terancam setelah diberlakukannya Undang-Undang Amandemen Kewarganegaraan 2019.
Ditambah lagi keputusan Mahkamah Agung India pada November tahun lalu, terkait sengketa kuil Babri atau masjid Ram yang membuat banyak umat Islam kecewa. Penangkapan sewenang-wenang terhadap beberapa mahasiswa, aktivis, dan cendekiawan Muslim muda dengan tuduhan serius seperti Tindakan Melanggar Hukum (Pencegahan) dan hasutan selama penguncian untuk mencegah penyebaran virus corona, juga telah menambah rasa frustrasi mereka.
Dengan latar belakang ini, Muslim India tampaknya telah menemukan drama tersebut sebagai perlindungan dari realitas politik mereka yang mengerikan. Mereka seolah mendapat inspirasi dari karakter dalam serial drama yang menunjukkan keberanian, kesopanan, kesetiaan, dan pengorbanan untuk memperjuangkan hak mereka sendiri dan eksistensi yang bermartabat.
Tidak boleh ada keraguan bahwa serial tersebut menciptakan rasa separatisme di antara Muslim India. Sebaliknya, ia menawarkan ruang visual untuk membayangkan kembali diri mereka, dan mengaktifkan kembali perjuangan mereka untuk memperoleh keadilan dan haknya. Ini merupakan hiburan sesaat bagi mereka.