REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Cakupan pemenuhan imunisasi bayi dan balita di tengah wabah Covid-19, di Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan mengalami penurunan secara signifikan. Itu terjadi karena Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan Posyandu tidak membuka layanan sejak awal pandemi masuk di provinsi tersebut.
"Hasil evaluasi sementara yang kami dapat, sampai Agustus sesuai dengan target yang diharapkan, baru 63 persen. Seharusnya, sampai Desember nanti 93 persen," sebut Kepala Dinas Kesehatan Makassar, Naisyah Tun Azikin, Selasa.
Untuk mengejar target itu, pihaknya telah mengumpulkan seluruh penanggung jawab imunisasi di 47 puskesmas yang tersebar di 15 kecamatan se-Makassar. Naisyah meminta agar semua segera menyelesaikan pemenuhan cakupan imunisasi.
"Kami berupaya mengejar target bulanan sampai pada akhir tahun ini bisa terpenuhi," ujar koordinator tim kesehatan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Makassar itu.
Naisyah berharap semua balita mendapatkan imunisasi dari seluruh posyandu yang ada. Ia menginginkan agar tim kesehatan yang menangani imunisasi bisa menyelesaikan target tersebut.
Pihaknya mengakui, layanan Posyandu telah ditutup sejak awal pandemi, karena khawatir penyebaran virus tersebut bisa lebih luas. Untuk itu, atas instruksi Tim Penggerak PKK Sulsel dan Kota Makassar kini posyandu diminta untuk kembali dibuka dengan menjalankan protokol kesehatan.
"Bila sasaran 100 balita dibagi setiap jam, kemudian dilayani bukan hanya di Posyandu dan Puskesmas, tetapi mendatangi rumah warga, maka saya pikir cakupan imunisasi tidak ada masalah," paparnya.
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Provinsi Sulawesi Selatan Prof Dasril Daud mendorong Dinas Kesehatan untuk terus melakukan imunisasi guna memperkuat imun balita di tengah pandemi Covid-19. Ia menjelaskan, imunisasi bagi anak adalah salah satu hal penting sebagai langkah awal untuk memastikan anak terpenuhi daya tahan tubuhnya.
"Apalagi, kita masih dalam situasi pandemi," tuturnya.
Dasril mengatakan, tim IDAI juga sering turun ke lapangan memantau cakupan pemberian imunisasi bagi anak. Timnya pun mengunjungi rumah warga agar memastikan anak terpenuhi imunisasinya.
Tidak hanya itu, menurut Dasril, dinas kesehatan mesti mengoptimalkan pelayanan imunisasi, baik di puskesmas maupun posyandu, mengingat cakupan imunisasi sejak masa pandemi Covid19 pada Maret hingga Mei 2020 mengalami penurunan karena pembatasan ruang gerak orang. Meski demikian, aktivitas mulai bergerak sejak tiga bulan terakhir, sehingga gerakan imunisasi mulai digalakkan kembali dengan mengajak masyarakat mengimunisasi balitanya yang sempat tertunda.
"Kami pun turun langsung ke lapangan baik itu di Posyandu, Puskesmas ,maupun Rumah Sakit untuk memberikan edukasi, tentunya penerapan protokol kesehatan menjadi kewajiban dan tidak ada alasan tidak mengimunisasi anaknya," ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Puskesmas Rappokaling, Gusti membenarkan, sejak awal pandemi jumlah anak yang diimunisasi mengalami penurunan signifikan. Penurunan diperkirakan sekitar 25 persen dari biasanya.
"Sejak pandemi corona, warga sudah jarang membawa anaknya ke Puskesmas untuk divaksin," katanya.
Biasanya ,pelaksanaan imunisasi, papar Gusti, dilaksanakan setiap Jumat, namun sejak virus corona baru ini merebak, terjadi penurunan kedatangan orang tua ke puskesmas membawa anaknya untuk di vaksin kekebalan tubuh. Selain itu, bila dihitung rata-rata jumlah warga yang datang semakin sedikit atau diperkirakan hanya 60-75 persen dari 100 persen sebelum Covid-19 menyebar di Kota Makassar dan daerah lainnya di Sulsel.