Selasa 29 Sep 2020 17:26 WIB

Satu Juta Korban Jiwa Covid-19, Tonggak yang Menyakitkan

PBB meyakini penyebaran Covid-19 masih belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.

Pejalan kaki dengan memakai masker wajah melewati pameran fotografi luar ruangan tentang petugas kesehatan di Melbourne, Australia. Hingga Senin (28/9), lebih dari satu juta orang telah meninggal akibat Covid-19 di dunia.
Foto: EPA-EFE/JAMES ROSS AUSTRALIA AND NEW ZEALAND
Pejalan kaki dengan memakai masker wajah melewati pameran fotografi luar ruangan tentang petugas kesehatan di Melbourne, Australia. Hingga Senin (28/9), lebih dari satu juta orang telah meninggal akibat Covid-19 di dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Fergi Nadira, Antara

Jumlah kematian akibat virus corona baru di seluruh dunia telah melampaui satu juta. Sementara jumlah kasus Covid-19 telah melebihi 33 juta pada Senin (28/9), menurut data Johns Hopkins University, Amerika Serikat (AS).

Baca Juga

AS memimpin dengan lebih dari 7,1 juta kasus dan 205.000 kematian, Brazil telah kehilangan 142.000 orang dengan lebih dari 4,7 juta kasus yang dilaporkan, dan di India lebih dari 95.000 orang meninggal dalam lebih dari enam juta kasus.

Sementara China mencatat sekitar 90.000 kasus dan 4.700 kematian. Di Turki keseluruhan kasus mencapai 315.800 dengan 8.062 kematian pada Senin.

Tak lama setelah jumlah korban meninggal dunia akibat penyakit itu mencapai 1.000.555, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyebut jumlah besar baru itu sebuah tonggak yang menyakitkan. Ia mengatakan, 1 juta adalah angka yang mematikan pikiran.

Memperhatikan bahwa mereka yang meninggal adalah ayah dan ibu, istri dan suami, saudara laki-laki dan perempuan, teman dan kolega, kepala PBB tersebut mengatakan rasa sakit telah berlipat ganda dengan kebuasan penyakit ini. "Bagaimana kamu mengucapkan selamat tinggal tanpa berpegangan tangan, atau memberikan ciuman lembut, pelukan hangat, bisikan terakhir 'Aku mencintaimu'?, kata Guterres.

Menurut dia, penyebaran virus masih belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Sementara banyak orang telah kehilangan pekerjaan, terganggunya pendidikan, serta banyak lainnya menghadapi pergolakan hidup.

WHO namun menilai total kematian resmi global akibat Covid-19 sebenarnya lebih besar dari angka yang dilaporkan. Menurut pejabat WHO, jumlah kematian di seluruh dunia akibat penyakit virus corona itu saat ini sebenarnya sudah mencapai di atas satu juta.

"Jika ada, jumlah yang dilaporkan saat ini mungkin mencerminkan perhitungan yang keliru baik menyangkut individu yang terinfeksi Covid-19 atau pun korban meninggal karenanya," kata pakar senior kedaruratan WHO, Mike Ryan, saat konferensi pers di Jenewa.

"Ketika Anda menghitung apa pun, Anda tidak dapat menghitungnya secara sempurna. Namun saya pastikan bahwa jumlah saat ini kemungkinan lebih kecil dari jumlah korban Covid-19 yang sesungguhnya," katanya.

Upaya untuk menekan laju pertumbuhan Covid-19 juga terus dilakukkan. Sekitar 120 juta tes diagnostik cepat Covid-19 akan tersedia untuk negara miskin, dengan harga maksimal 5 dolar AS (sekitar Rp 74.491) per unit.

Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan perusahaan Abbott dan SD Biosensor, bersama Yayasan Bill & Melinda Gates, sepakat menyediakan 120 juta tes diagnostik cepat Covid-19 yang baru, sangat portabel, dan mudah digunakan selama periode enam bulan. Dalam konferensi pers di Jenewa, Tedros mengatakan tes saat ini masing-masing dihargai 5 dolar AS namun ke depannya diharapkan menjadi lebih murah.

"Ini akan dapat memperluas pengujian, apalagi di daerah yang sulit terjangkau yang tidak memiliki fasilitas laboratorium atau tenaga medis yang cukup terlatih untuk melakukan tes," kata Tedros. "Hal ini penting untuk meningkatkan kapasitas pengujian dan sangat penting untuk daerah dengan transmisi tinggi," imbuhnya.

Sementara itu, terdapat lebih dari 170 vaksin yang menjadi kandidat untuk penyembuhan Covid-19 yang perkembangannya dipantau oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dari jumlah tersebut, 142 kandidat vaksin berada pada fase praklinis dan belum diujicobakan pada manusia. Sementara 29 kandidat di antaranya berada di Fase 1 dan diujicoba dalam skala kecil, 18 kandidat berada di Fase 2 dengan peningkatan keamanan, serta sembilan kandidat telah berada di Fase 3 dan diujicoba dengan skala besar. Namun, belum ada vaksin yang disetujui untuk penggunaan umum.

China telah menggunakan vaksin Covid-19 eksperimental pada ribuan orang sejak Juli melalui program darurat. Saat ini China memiliki 11 vaksin dalam uji klinis dan empat di Fase 3.

Dokter Turki pada Senin memberikan suntikan pertama vaksin virus corona kepada petugas kesehatan, ketika Fakultas Kedokteran Cerrahpasa Universitas Istanbul telah memulai uji coba Tahap 3. WHO memperkirakan vaksinasi luas di seluruh dunia paling cepat dapat dilakukan pada pertengahan 2021.

Sampai vaksinasi yang berhasil dikembangkan dan didistribusikan ke seluruh dunia, sebuah penelitian baru-baru ini menunjukkan Vitamin D mampu mengurangi risiko infeksi Covid-19 dan risiko kematian terhadap mereka yang membawa virus tersebut. "Direkomendasikan bahwa meningkatkan status vitamin D pada populasi umum dan khususnya pasien rawat inap memiliki potensi manfaat dalam mengurangi keparahan morbiditas dan mortalitas yang terkait dengan penularan Covid-19," berdasarkan sebuah studi yang dilakukan oleh 11 peneliti dan dipublikasikan di jurnal sains PLOS One pada Jumat (25/9).

Makanan dengan sumber vitamin D tertinggi adalah ikan, hati sapi, keju, kuning telur. Setiap orang membutuhkan 1.000-1.300 miligram vitamin D setiap hari, menurut WebMD.com.

photo
Infografis Jenis Masker Kain - (republika.co.id)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement