Selasa 29 Sep 2020 17:49 WIB

Ini Kinerja Keuangan Holding Tambang

Secara konsolidasi, holding tambang merugi Rp 2 triliun pada Juni.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolandha
Pertambangan nikel (ilustrasi). Semester I tahun ini memukul kinerja keuangan perusahaan tambang milik negara. Hal ini disebabkan oleh pandemi covid-19 yang menggerus permintaan dan harga komoditas.
Foto: rilis
Pertambangan nikel (ilustrasi). Semester I tahun ini memukul kinerja keuangan perusahaan tambang milik negara. Hal ini disebabkan oleh pandemi covid-19 yang menggerus permintaan dan harga komoditas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semester I tahun ini memukul kinerja keuangan perusahaan tambang milik negara. Hal ini disebabkan pandemi covid-19 yang menggerus permintaan dan harga komoditas.

Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak menjelaskan, laba bersih semester I PT Aneka Tambang tercatat sebesar Rp 85 miliar. Padahal, semester yang sama tahun lalu perusahaan bisa membukukan laba sampai Rp 428 miliar. Sedangkan untuk Timah juga mencatatkan kerugian sampai Rp 390 miliar pada semester pertama ini.

Ia menjelaskan, kondisi konsolidasi holding hingga Juni kemarin masih merugi. Ruginya tak tanggung-tanggung, yaitu mencapai Rp 2 triliun. Namun ia optimistis pada Agustus kemarin kondisi keuangan mulai membaik.

"Agustus sudah membaik, karena kena hit-nya Maret, April, Mei, Juni lalu membaik. Jadi harga kami harap bisa stabil. Kalau harga membaik seperti Juli dan Agustus, maka ini bisa positif sampai akhir tahun meski konsoslidasi rugi," ujar Orias di Komisi VII DPR RI, Selasa (29/9).

Namun, meski anggota holding lain membukukan kerugian, Orias mengatakan, PT Freeport Indonesia mampu membukukan laba pada semester pertama tahun ini. Ia mencatat produksi dan penjualan tembaga Freeport Indonesia pada kuartal II 2020 meningkat sebesar 29 persen dan 35 persen, masing-masing menjadi 181 juta pound dan 172 juta pound.

Sementara produksi dan penjualan emas pada kuartal II 2020 meningkat masing-masing 25 persen dan 29 persen menjadi 189 ribu ounce dan 180 ribu ounce.

"Memang di 2020 masih belum ada dividen, tapi posisi laba ini memang diluar ekspektasi karena harga mendadak baik di covid ini," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement