REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Profesor di bidang kedokteran nuklir Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran A Hussein S Kartamihardja mengatakan, kedokteran nuklir berperan untuk mempermudah deteksi penyakit dan sebarannya. Dengan begitu, dokter dapat menentukan penanganan penyakit lebih tepat dan intervensi lebih awal.
"Untuk diagnostik, kita bisa lakukan dari otak sampai ujung kaki," kata Hussein dalam seminar virtual Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka dan Pemanfaatannya, Jakarta, Selasa.
Pelayanan kedokteran nuklir adalah pelayanan penunjang dan/atau terapi yang memanfaatkan sumber radiasi terbuka dari disintegrasi inti radionuklida. Layanannya meliputi diagnostik in-vivo dan in-vitro melalui pemantauan proses fisiologi, metabolisme, dan terapi radiasi internal.
Kedokteran nuklir bermanfaat besar di dunia kesehatan untuk diagnosis dan terapi pengobatan penyakit. Hussein menuturkan, prinsip dasar pemeriksaan pada kedokteran nuklir adalah mendeteksi dengan lebih spesifik dan akurat perubahan-perubahan pada fungsional, bahkan pada tingkat molekuler. Dengan menggunakan radiofarmaka, pencitraan molekuler (molecular imaging) akan memberikan hasil deteksi yang lebih komprehensif.
"Molecular imaging sangat sensitif, kita bisa mendeteksi jauh lebih awal dibandingkan dengan pemeriksaan-pemeriksaan yang dasarnya perubahan-perubahan anatomis, termasuk pada ginjal dan paru," tuturnya.
Pencitraan tulang (bone scan) merupakan pemeriksaan pencitraan yang menggunakan substansi radioaktif (nuklir). Hussein menuturkan, bone scan mempunyai tingkat sensitivitas yang sangat tinggi sehingga mampu mendeteksi jauh lebih awal dibandingkan dengan penggunaan x-ray untuk mendeteksi proses metastasis alias penyebaran sel kanker ke tulang.
"Tentunya, kalau kita mendeteksi lebih awal, sebelum pasien itu mengeluh sebelum pasien itu menunjukkan perubahan-perubahan anatomis maka kita sudah bisa lebih jauh intervensinya," jelasnya.
Dengan kedokteran nuklir maka dapat dilakukan pemeriksaan pada tubuh secara lebih sensitif dan akurat, seperti pada paru dan ginjal. Peranan kedokteran nuklir terkait dengan ginjal antara lain renogram, yakni pemeriksaan fungsi ginjal berbasis teknologi nuklir untuk mengetahui dan menganalisa sejauh mana ginjal berfungsi atau bekerja dengan baik.
"Kita bisa mendeteksi atau menghitung atau menentukan fungsi ginjal kiri dan kanan secara terpisah," tuturnya.
Dengan memanfaatkan teknologi nuklir, maka dapat diketahui laju filtrasi glomerulus, sumbatan di ginjal, dan aliran darah ginjal. Pencitraan juga dapat mendeteksi aliran urine yang abnormal.
Selain itu juga dapat dilakukan positron emission tomography scan (PET scan). PET Scan umumnya digunakan untuk mengevaluasi dan mendiagnosis kanker, kelainan neurologis (otak), dan penyakit kardiovaskuler (jantung).