REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarawan dari Universitas Andalas (Unand) Padang, Sumatra Barat Prof Gusti Asnan mengatakan masyarakat di Tanah Air perlu mengapresiasi rekonstruksi sejarah yang dibuat terkait Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia G30S/PKI
Sebagai seorang sejarawan, apapun bentuk rekonstruksi yang diberikan orang maka harus diapresiasi. Sebab, orang-orang tersebut telah berupaya membuat semacam rekonstruksi sebuah peristiwa yang pernah terjadi di masa lalu.
"Yang menjadi perhatian kita sekarang adalah G-30S/PKI bagaimana dia direkonstruksi. Jadi bagaimana kita melihat, menghargai, mengapresiasi atau mungkin mencaci maki yang telah direkonstruksi itu," kata dia saat dihubungi di Jakarta, Selasa.
Rekonstruksi sejarah baik berupa tulisan maupun digambarkan kembali melalui film tentunya memiliki sebuah tujuan. Salah satunya mengambil makna dari apa yang direkonstruksi tersebut.
Dalam hal rekonstruksi sejarah terkait G-30S/PKI tersebut adalah bagaimana masyarakat mengambil pelajaran dan makna dari apa yang telah dilakukan orang-orang PKI terhadap tujuh Jenderal di Indonesia. "PKI memang pernah melakukan kekejaman dan pembantaian sejumlah Jenderal di Indonesia," kata guru besar sejarah Unand tersebut.
Harapannya, setelah masyarakat terutama generasi muda mempelajari G-30S/PKI melalui rekonstruksi tersebut, maka mereka bisa mengetahui sejarah dan peristiwa memilukan itu dan berusaha tidak terulang kembali. i.
Terkait pemutaran film G-30S/PKI setiap 30 September, ia menilai hal tersebut tidak menjadi sebuah persoalan. "Saya pikir kalau diputar silahkan, kalau pun tidak, ya tidak masalah. Jadi tergantung kita bagaimana memaknainya," katanya.