REPUBLIKA.CO.ID, PRESTON--Sebuah sekolah Islam terpaksa ditutup kembali setelah dua pekan masa sekolah dimulai. Keputusan ditutupnya Madani Institute itu membuat para wali murid khawatir dengan nasib pendidikan anak-anak mereka.
Madrasah yang berada di Deepdale Road itu sementara menutup pintunya untuk staf maupun siswa setelah adanya laporan empat kasus virus corona. Sejumlah kebijakan telah dilakukan, mulai dari pengurangan waktu belajar mengajar, hingga pembatasan jumlah murid. Namun terlepas dari langkah-langkah ini, pengawas dan relawan madrasah, Amjad Ismail, merasa keputusan untuk menutup adalah yang paling tepat.
Sejak dibuka, awal bulan ini, dua guru, satu murid dan seorang relawan dinyatakan telah tertular virus, yang membuat siapapun yang berhubungan dengan mereka harus diisolasi.
"Kami berusaha sekuat tenaga untuk memastikan kami mematuhi pembatasan dan meskipun demikian, kami masih memiliki orang yang dites positif," ujar Ismail yang dikutip di Lancs, Selasa (29/9).
“Berdasarkan itu kami pikir yang terbaik adalah menutup. Meski itu membuat frustasi,” sambungnya.
Kini, siswa kembali belajar dengan sistem home-schooling, meski di sisi lain, seluruh tim madrasah khawatir tentang bagaimana hal ini akan mempengaruhi tingkat pencapaian, kata Ismail.
“Mereka melewatkan berbulan-bulan sejak Maret selama gelombang pertama. Pendidikan madrasah mereka tentu saja sangat terganggu,” ujarnya.
Untuk memastikan efektivitas sistem home-schooling, Madani Institute telah menyediakan sumber daya dan materi online sementara tim sibuk membersihkan dan mempersiapkan pusat untuk dibuka kembali. Mr Ismail mengatakan sangat mengerti bahwa belajar dari rumah itu tidak mudah.
“Orang tua memiliki tanggung jawab yang tidak selalu mereka miliki untuk pekerjaan rumah. Mungkin mereka memang mencoba dan mencurahkan waktu untuk membantu dan mendukung anak-anak mereka, tetapi itu tidak selalu memungkinkan,” ujarnya.
Salah satu orang tua menganggap perubahan ini membingungkan dan mengatakan itu telah mempengaruhi kehidupan rumah tangga mereka, dalam lebih banyak cara daripada yang mereka kira.
Seperti yang dialami Shabana Kamran dan putrinya Halima yang berusia lima tahun, yang telah bersiap untuk kembali ke madrasah untuk tahun ajaran baru. Kamran dan keluarganya baru saja terbiasa dengan jadwal yang baru untuk memastikan Halima pergi ke madrasah tepat waktu. Namun sekarang, dia harus terbiasa belajar dari rumah lagi.
“Kami baru saja beradaptasi dengan Halima saat kembali ke madrasah. Halima sedikit kebingungan, menjelaskan bahwa kita akan berhenti melakukannya lagi ketika dia baru saja menyadari kebijakan untuk kembali (belajar dari rumah)," ujar Kamran.
Menjadi ibu dari tiga anak, membuat Kamran mencoba meluangkan waktu untuk mengawasi dan membantu pekerjaan madrasah Halima setiap malam, tetapi dia merasa seolah-olah Halima "terhenti" dalam pendidikan Islamnya.
“Halima menjadi frustasi karena melakukan hal yang sama berulang kali. Dia ingin mempelajari lebih lanjut," kata Kamran.
Tidak ada tanggal pasti kapan madrasah akan dibuka kembali tetapi tim sedang bekerja untuk menyiapkan kelas dan mencalonkan siswa pada awal Oktober. Sekolah tersebut telah menjadi salah satu dari hanya beberapa sekolah Lancashire yang menutup pintunya sepenuhnya sejak semester dimulai lagi pada awal September.