Rabu 30 Sep 2020 05:26 WIB

Rombongan Ambulans Mengantre di Depan Rusunawa Unsil

Rusunawa Unsil digunakan untuk mengisolasi pasien positif Covid-19 yang tanpa gejala.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Agus Yulianto
Suasana Rusunawa Unsil di Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, Selasa (29/9). Rusunawa itu akan digunakan sebagai tempat isolasi pasien Covid-19 lantaran ruang isolasi di rumah sakit sudah terisi penuh.
Foto: Republika/Bayu Adji P
Suasana Rusunawa Unsil di Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, Selasa (29/9). Rusunawa itu akan digunakan sebagai tempat isolasi pasien Covid-19 lantaran ruang isolasi di rumah sakit sudah terisi penuh.

REPUBLIKA.CO.ID, Sebanyak tujuh unit ambulans datang secara bersamaan ke Rumah Susun Sewa (Rusunawa) Universitas Silingawi (Unsil) di Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, Selasa (29/9) sore. Ambulans-ambulans itu membawa para pasien positif Covid-19. 

Sesampainya di depan gedung, ambulans-ambulans mengantre, menurunkan pasien-pasien secara bergantian. Setidaknya terdapat 14 pasien yang dibawa oleh tujuh unit ambulans itu. 

Para pasien itu merupakan gelombang pertama yang akan menghuni Rusunawa Unsil. Sebab, pada sore itu Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya akan memasukkan 33 pasien Covid-19 ke Rusunawa Unsil. 

Setelah menurunkan pasien, ambulans-ambulans itu kemudian disemprot cairan disinfektan. Selanjutnya, mereka pergi untuk menjemput pasien berikutnya yang akan dibawa ke Rusunawa Unsil.

Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya memang sengaja kembali mengaktifkan Rusunawa Universitas Siliwangi untuk menampung pasien terkonfirmasi positif Covid-19. Rusunawa itu digunakan untuk mengisolasi pasien positif Covid-19 yang tak memiliki gejala atau gejala ringan.

"Ini seperti Wisma Atlet-nya Tasikmalaya," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Uus Supangat.

Republika berkesempatan mengunjungi rusunawa yang berlokasi di Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, itu sebelum digunakan untuk menampung pasien Covid-19. Bangunan rusunawa yang jauh dari pemukiman warga itu memiliki tiga lantai. Rusunawa itu dapat menampung 80 orang. Namun, hanya 50 tempat tidur yang digunakan untuk pasien. Sisanya akan digunakan untuk tenaga kesehatan (nakes).

Uus mengatakan, pihaknya sengaja untuk menyediakan tempat isolasi untuk pasien Covid-19 tanpa gejala. Sebab, saat ini kondisi tempat isolasi di sejumlah rumah sakit di Kota Tasikmalaya sudah terisi penuh.

Dia menyebutkan, terdapat beberapa rumah sakit yang memiliki ruang isolasi untuk pasien Covid-19. RSUD dr Soekardjo misalnya, memiliki 49 ruangan, Rumah Sakit (RS) Jasa Kartini sembilan ruangan, RS Tasik Medika Citratama lima ruangan, dan sejumlah rumah sakit lain yang masing-masing memiliki tak lebih dari dua ruangan isolasi. 

Per Selasa sore, menurut dia, seluruh ruangan itu sudah terisi pasien Covid-19. Padahal, ruang isolasi di rumah sakit tak boleh terisi penuh. Ruangan di rumah sakit digunakan untuk mengantisipasi timbulnya pasien Covid-19 yang memiliki gejala sedang hingga berat, yang notabene membutuhkan perawatan khusus. 

"Dengan aktifnya Rusunawa Unsil, pasien tanpa gejala yang sebelumnya diisolasi di rumah sakit bisa dipindahkan ke tempat itu," ujarnya.

Uus mengatakan, secara aturan, pasien tanpa gejala sebenarnya dapat menjalani isolasi mandiri. Namun, Pemkot Tasikmalaya sengaja tak lagi membiarkan pasien Covid-19 tanpa gejala melakukan isolasi mandiri. 

Sebab, pernah kejadian pasien yang diperbolehkan isolasi mandiri justru menimbulkan klaster keluarga baru. Kejadian seperti itu bukan satu kali, melainkan empat kali. Karena itu, disediakan tempat isolasi khusus.

"Kita akhirnya tetapkan di tempat karantina ini. Agar terkendali dan terpantau. Karena di sini akan ada dokter dan perawat," kata dia.

Uus tak menutup kemungkinan kasus Covid-19 di Kota Tasikmalaya akan terus meningkat. Penelusuran dan pelacakan kasus terus dilakukan. Bukan tak mungkin, kasus baru akan terus muncul. 

Berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Tasikmalaya hingga Selasa (29/9), total terdapat 145 kasus terlonfirmasi positif Covid-19. Sebanyak 59 orang telah dinyatakan sembuh, 78 orang masih dalam perawatan, dan delapan orang meninggal dunia.

Untuk mengantisipasi lonjakan, Pemkot Tasikmalaya terus mengupayakan bangunan-bangunan lain untuk dijadikan tempat isolasi pasien positif Covid-19. Komunikasi dengan beberapa pemilik hotel dilakukan. Gedung-gedung milik pemerintah juga didata untuk dijadikan alternatif tempat isolasi.

"Ada GOR di Dadaha, ada lagi di Lanud ada gedung bekas, sudah kita komunikasikan. Lalu juga ada hotel. Semua kita jajaki. Kita persiapkan plan a, plan b, plan c, manakala kasus meningkat," kata Wali Kota Tasikmalaya Budi Budiman.

Kendati demikian, dia masih optimistis kasus Covid-19 di Kota Tasikmalaya dapat dikendalikan. Hanya saja, lanjut dia, semua pihak mesti sadar dan disiplin menerapkan protokol kesehatan.

Budi juga meminta warganya untuk mengurangi perjalanan ke luar kota. Sebab, dia menilai, klaster perjalanan adalah salah satu yang menyumbang kasus Covid-19 tertinggi di Kota Tasikmalaya.

"Kita sudah istruksikan kepada camat, lurah, RW, warga yang keluar masuk harus segera dicatat. Masyarakat juga tak dulu keluar daerah, apalagi ke daerah zona merah," kata dia.

Budi mengatakan, di Jawa Barat terdapat lima daerah yang ditetapkan sebagai zona merah, yaitu Kota Depok, Kota Bogor, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Cirebon, dan Kota Cirebon. Kota Tasikmalaya sendiri masuk ke dalam zona oranye.

Di Kota Tasikmalaya, kata dia, dalam beberapa hari terakhir terjadi peningkatan kasus yang cukup signifikan. "Kita tak mau kembali ke zona merah," tandas dia.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement