REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Din Syamsudin mengajak para pendukung gerakan tersebut untuk menghadapi penolakan di Surabaya dengan senyuman. Din juga mengambil hikmah dari kejadian itu sebagai pendorong semangat untuk terus bergerak.
"Sebagai gerakan kaum cerdik pandai yang mengedepankan akal pikiran, pendukung KAMI dianjurkan untuk menyambut penolakan dan ujaran kebencian dengan senyuman (karena menganggap kelompok penentang belum memahami Jatidiri dan Misi KAMI)," kata Din dalam keterangan tertulisnya yang dikirimkan kepada Republika, Selasa (29/9).
Kelompok yang tidak memahami jati diri dan misi KAMI itu, kata Din, adalah mereka yang menolak KAMI karena tak paham bahwa gerakan ini bertujuan meluruskan kiblat bangsa dan menegakkan Pancasila secara sejati. Bagi kelompok jenis ini, Din menyebut KAMI dan jejaringnya memilih untuk memaafkan mereka.
Sedangkan untuk kelompok penentang yang ia duga didanai dan direkayasa oleh pihak-pihak tertentu, Din tak mau menghabiskan waktu untuk menanggapinya. "Namun yang pasti jika ada pihak lain yang melampaui batas dan melanggar hukum, KAMI tidak segan-segan untuk memprosesnya ke jalur hukum, demi tegaknya negara hukum," ujar Din.
KAMI, imbuh Din, mengambil hikmah dari aksi penolakan tersebut dengan menjadikannya pendorong semangat untuk semakin bangkit bergerak. "Alhamdulillah, KAMI semakin kompak di atas keyakinan bahwa kebenaran harus ditegakkan dengan kesabaran. KAMI berpegang pada prinsip bahwa sekali berjuang harus maju terus pantang mundur, dan dalam perjuangan tidak ada titik kembali," kata mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu.
Sebelumnya, acara Silaturahim Akbar Kami yang hendak digelar di Gedung Juang 45, Surabaya, pada Senin (28/9), batal digelar. Sebab, ratusan massa yang mengatasnamakan 'Surabaya Adalah Kita' berkumpul di sana menolak kegiatan tersebut. Acara lalu diganti menjadi kegiatan ramah tamah di Gedung Jabal Nur, Jambangan Surabaya, pada hari yang sama.
Dalam acara ramah tamah tersebut, Presidium KAMI Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo diminta menyampaikan pidato. Namun, saat eks Panglima TNI itu berpidato, polisi masuk ke dalam gedung dan meminta pidatonya dihentikan. Polisi itu juga meminta acara disudahi karena massa 'Surabaya Adalah Kita' sudah berada di luar gedung Jabal Nur.
Kabid Humas Polda Jatim Komisaris Besar Polisi Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan, pembubaran acara tersebut karena tidak berizin. Selain itu, kata dia, acara dihentikan dalam rangka memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Saat Deklarasi KAMI di Kota Bandung pada Senin (7/9), penolakan serupa juga terjadi. Ratusan massa yang menamakan diri Aliansi Kita Indonesia menggelar unjuk rasa di depan Gedung Sate, Kota Bandung.