REPUBLIKA.CO.ID, VILNIUS -- Presiden Prancis Emmanuel Macron mengunjungi pemimpin oposisi Belarus yang diasingkan, Sviatlana Tsikhounskaya. Dalam kunjungannya, Macron menjanjikan dukungan Eropa bagi rakyat Belarus.
"Kami melakukan diskusi yang sangat baik tetapi sekarang kami harus pragmatis dan mendukung rakyat Belarusia dan kami akan melakukan yang terbaik, percayalah," kata Macron setelah pertemuan 45 menit di hotelnya di Vilnius, Selasa (29/9).
Belarus dilanda demonstrasi besar selama berminggu-minggu sejak pemimpin veteran Alexander Lukashenko dinyatakan sebagai pemenang mutlak dalam pemilihan presiden 9 Agustus. Para penentangnya menganggap mereka dicurangi.
Pihak berwenang telah menangkap ribuan orang, dan semua pemimpin oposisi utama sekarang dipenjara atau diasingkan. Kandidat oposisi Sviatlana Tsikhounskaya melarikan diri ke negara tetangga, Lithuania, setelah pemilihan.
Dia telah bertemu dengan perdana menteri Lithuania, Norwegia, dan Polandia, tetapi Macron adalah pemimpin pertama negara kuat Barat yang bertemu dengannya. "Macron telah berjanji untuk melakukan segalanya guna membantu negosiasi, (selama) krisis politik di negara kami, dan dia akan melakukan segalanya untuk membantu membebaskan semua tahanan politik," kata Tsikhounskaya.
Sementara itu, Moskow telah menjelaskan, pihaknya terus mendukung Lukashenko sebagai pemimpin sekutu terdekat Rusia. Barat harus menyeimbangkan simpatinya terhadap gerakan pro demokrasi dengan keengganannya memprovokasi Moskow.
Pada Senin (28/9), Macron mendesak otoritas Belarus menghentikan penangkapan yang melanggar hukum, membebaskan para pengunjuk rasa yang ditahan secara sewenang-wenang, dan menghormati hasil pemilihan.