Rabu 30 Sep 2020 03:57 WIB

Pemkot Denpasar: Klaster Keluarga Jadi Pusat Penyebaran Baru

Peningkatan intensitas penularan Covid di Denpasar terjadi pada klaster keluarga.

Pecalang atau petugas keamanan desa adat di Bali menegur warga yang melepas masker saat liburan Hari Raya Galungan di Pantai Sanur, Denpasar, Bali, Kamis (17/9/2020). Objek wisata tersebut masih dibuka meskipun sejumlah ruang publik di Denpasar ditutup menyusul terus melonjaknya kasus penularan COVID-19 di daerah itu.
Foto: Nyoman Hendra Wibowo/ANTARA
Pecalang atau petugas keamanan desa adat di Bali menegur warga yang melepas masker saat liburan Hari Raya Galungan di Pantai Sanur, Denpasar, Bali, Kamis (17/9/2020). Objek wisata tersebut masih dibuka meskipun sejumlah ruang publik di Denpasar ditutup menyusul terus melonjaknya kasus penularan COVID-19 di daerah itu.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar, Bali menyebutkan penyebaran Covid-19 telah merambah klaster baru. Yakni, mulai dari kegiatan sosial terkecil seperti lingkungan keluarga karena masyarakat belum sepenuhnya disiplin menerapkan protokol kesehatan.

"Pandemi Covid-19 kini rentan menjadi pusat penyebaran baru dari rumah tangga atau keluarga. Karena itu masyarakat wajib lebih waspada dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan, walaupun saat sedang di rumah," kata Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra pada rapat Evaluasi Penanganan Covid-19 secara virtual di Graha Sewaka Dharma Kota Denpasar, Selasa (29/9).

Baca Juga

Rai Mantra menekankan beberapa hal penting untuk ditindaklanjuti. Hal ini mengacu pada peningkatan intensitas penularan yang terjadi pada klaster keluarga. Sebab klaster keluarga merupakan kondisi di mana satu anggota keluarga menularkan kepada keluarga lainnya.

"Ada tren penularan dalam lingkup keluarga, dan ini harus kita waspadai bersama dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan di rumah atau saat bersama keluarga,” ujarnya

Rai Mantra mengharapkan masyarakat diharapkan untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan, walaupun saat di rumah. Selain itu, warga juga dapat melaksanakan analisa resiko dengan menerapkan protokol ventilasi, durasi dan jarak (VDJ).

“Protokol VDJ juga penting selain protokol kesehatan, sehingga masyarakat bisa mengatur ventilasi atau sirkulasi udara dengan membuka jendela, mengurangi interaksi dengan anggota keluarga yang memiliki aktifitas di luar rumah, atau jika harus berkomunikasi terapkan protokol kesehatan," katanya.

Selain itu, kata dia, menjaga jarak aman juga penting bagi anggota keluarga yang memiliki intensitas tinggi di luar rumah, sehingga wajib jaga jarak dengan anggota keluarga. Utamanya dengan yang memiliki tingkat kerentanan tinggi, seperti lansia, balita dan masyarakat yang memiliki penyakit bawaan lainnya.

Selain klaster keluarga, Wali Kota Rai Mantra juga mengimbau kepada aparatur desa, kelurahan, bendesa adat hingga kepala lingkungan/kepala dusun untuk mengintensifkan program kerja guna menurunkan resiko penularan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan menggandeng kader PKK, posyandu, jumantik, pemuka agama, serta pemangku kepentingan lainnya.

"Berbagai pihak dapat kita ajak kerja bersama, dan untuk kaling atau kadus dapat melaksanakan pemetaan wilayah dengan membuat zona resiko, mengingat keberadaan OTG yang harus kita waspadai bersama, sehingga penularan di internal wilayah dapat diminimalkan dan masyarakat dapat tetap produktif atau bekerja dengan memperhatikan zona resiko penularan," kata Rai Mantra.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement