REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Kegiatan Masa Ta’aruf (Mataf) merupakan agenda yang wajib diikuti mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Itu merupakan ajang orientasi mengenal lingkungan kampus yang tahun ini dilakukan secara daring.
Mataf digelar tiga hari 28-30 September 2020. Dilakukan secara daring karena Indonesia masih dilanda pandemi Covid-19, jadi tidak memungkinkan digelar luring mengingat mahasiswa baru UMY berasal dari Sabang sampai Merauke.
Kegiatan disiarkan langsung melalui Microsoft Teams dan YouTube dari Gedung AR Fachruddin B UMY dengan protokol kesehatan ketat. Rektor UMY, Dr Gunawan Budiyanto, secara simbolis menyematkan almamater kepada dua mahasiswa baru.
Dalam sambutannya, Gunawan mengucapkan selamat datang kepada mahasiswa baru. Ia mengingatkan, dengan modal bonus demografi yang luas mahasiswa baru harus memiliki kemampuan untuk dapat bertahan, dan mampu jadi generasi yang cerah.
"Semua perubahan dunia yang terjadi dengan singkat ini jadi sebuah tantangan bagi mahasiswa untuk menjadi agent of change," kata Gunawan.
Pada kesempatan itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir, turut memberikan pesan kepada mahasiswa baru. Ia berharap, mereka mampu menjadi cendekiawan, tidak cuma untuk Muhammadiyah, tapi untuk cendekiawan umat.
"Serta, cendekiawan bangsa yang mampu mengikuti jejak tokoh dengan ciri-ciri berintegritas moral yang berakhlak mulia dan beriman takwa," ujar Haedar.
Dengan mengangkat tema Solidaritas Cendekiawan Berintegritas, kegiatan Mataf ini menghadirkan Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Prof Muhajir Effendy. Serta, Duta Besar Indonesia untuk Turki, Dr Lalu Muhamad Iqbal.
"Tema yang diangkat ini memiliki maksud sudah selayaknya mahasiswa memiliki sikap yang kritis, kreatif, inovatif, objektif, komunikatif, dan bertanggung jawab," kata Ketua Pelaksana Mataf, Hasan Nopremon, menutup.