REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia (PKI) yang biasa disingkat G30S/PKI adalah peristiwa bersejarah yang terjadi di Indonesia pada 1965. Dalam melihat peristiwa ini, masyarakat Indonesia perlu memahaminya dengan nalar yang positif, khususnya generasi muda.
Sekretaris Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama (Kemenag), M. Fuad Nasar mengatakan, G30S/PKI sudah menjadi bagian dari sejarah bangsa ini. Namun, menurut dia, dalam melihat peristiwa itu generasi muda harus menggunakan nalar yang positif.
“G30S/PKI itu bagian dari sejarah, dan tentu dalam memahami sejarah itu kita perlu memahaminya dengan nalar yang positif agar kita tidak tersandra dengan perosaan masalah lalu yang sudah menjadi bagian dari sejarah bangsa ini,” ujarnya saat dihubungi Republika beberapa hari lalu.
Menurut dia, literasi sejarah adalah sesuatu yang sangar penting, sehingga generasi muda bisa menempatkan sesuatu teks dan narasi peristiwa di masa lalu di dalam konteksnya. Menurut dia, sejarah G30S/PKI itu juga bisa dijadikan sebagai pedoman untuk menghadapi masa depan.
“Kita harus jadikan sejarah sebagai pedoman dalam menghadapi masa depan,” ucapnya.
Untuk memahami sejarah G30S/PKI, generasi muda bisa menonton film yang dibuat oleh Arifin C Noer dan G Dwipayana. Film yang dibuat pada 1984 ini membeberkan peristiwa sejarah diculiknya sejumlah jendral TNI AD pada akhir September 1965.
Film penghianat G30S/PKI ini juga ditayangkan oleh salah satu televisi nasional di akhir pekan ini. Namun, pemutaran film tersebut justru menjadi pro kontra di tengah masyarakat. Padahal, tidak ada larangan untuk menonton film tersebut.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD juga mengaku heran dengan adanya keributan tentang pemutaran film G30S/PKI. Padahal, ia menegaskan tidak ada pihak yang melarang menonton atau menayangkannya di televisi.
"Mengapa soal pemutaran film Pengkhianatan G 30 S/PKI diributkan? Tidak ada yang melarang nonton atau menayangkan di televisi," ujar Mahfud lewat akun Twitter pribadinya, @mohmahfudmd, dikutip Ahad (27/9).