REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa (29/9) mendesak pihak-pihak yang berlawanan dalam konflik Nagorno-Karabakh untuk menahan tembakan mereka.
Hal tersebut diungkapkan Putin selama percakapan dengan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, kata Kremlin dalam sebuah pernyataan. Putin menekankan keperluan mendesak untuk aksi gencatan senjata dan agar semua pihak mengambil tindakan untuk meredakan krisis, kata Kremlin.
Armenia dan Azerbaijan pada Selasa menuduh satu sama lain telah menembak langsung ke wilayah masing-masing dan menolak tekanan untuk mengadakan pembicaraan damai. Konflik mereka di daerah kantong Nagorno-Karabakh dikhawatirkan akan meluas ke perang secara habis-habisan.
Pasukan Armenia dan Azerbaijian pada Senin pagi terlibat bentrokan hari kedua terkait Nagorno-Karabakh dan saling menuduh menggunakan artileri berat. Otoritas Nagorno-Karabakh melaporkan sudah lebih dari 15 tentaranya yang tewas dalam serangan.
Baku tembak antara pasukan Armenia dan Azerbaijan itu merupakan yang paling sengit terjadi sejak 2016. Nagorno-Karabakh adalah wilayah yang berada di Azerbaijan namun dikendalikan oleh etnis Armenia.
Otoritas wilayah yang memisahkan diri itu mengatakan pihaknya telah kembali menguasai beberapa daerah yang sempat lepas pada Ahad (27/9), dan menyebutkan bahwa Azerbaijan telah menggunakan artileri berat dalam melakukan serangan. Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan pasukan Armenia menembaki Kota Terter. Pihak berwenang Nagorno-Karabakh pada Ahad mengatakan bahwa 16 prajuritnya tewas dan lebih dari 100 lainnya cedera setelah Azerbaijan melancarkan serangan udara dan artileri.