REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Sebuah survei mengenai kepedulian responden terhadap privasi media sosial di beberapa negara ASEAN, menempatkan Filipina di posisi pertama dalam hal kepedulian mengenai privasi di media sosial. Sementara, Indonesia berada di posisi ketiga, setelah Malaysia di posisi kedua, dan di atas Thailand dan Vietnam.
Hal ini disampaikan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Infomatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Ahmad M Ramly mengutip sumber FT Confidential Research tentang kepedulian privasi di media sosial. Survei mengungkap presentase responden memilih mengurangi atau keluar tak lagi menggunakan media sosial jiwa mengancam keamanan privasinya.
"Rupanya paling tinggi kepedulian adalah orang Filipina, orang pilipina itu yang mereduce (memilih mengurangi media sosial) itu paling tinggi sekitar 50 persen," ujar M Ramly saat menjadi pembicara kunci dalam Webinar bertajuk Cerdas Berkomunikasi Melindungi Data Pribadi, Rabu (30/9).
Sementara, responden Filipina yang memilih tidak lagi menggunakan media sosial di bawah 30 persen, atau di bawah Malaysia di posisi kedua yakni di atas 30 persen. Sementara, responden Malaysia yang memilih mengurangi penggunaan media sosial jika mengancam privasinya sebesar 40-50 persen.
"Kalau di Malaysia, lebih tinggi untuk quit (tidak lagi menggunakan media sosial) itu 30 persen, lalu bagaiamana Indonesia, kalau untuk keluar dari medsos, memang lebih tinggi Filipina tapi lebih rendah dari Malaysia dan Thailand, nah untuk sisi reduce (mengurangi) penggunaan kita masih cukup baik," ujarnya.
Namun demikian, Ramly menilai tidak tepat membandingkan presentase antar negara, jika jumlah pengguna internetnya saja berbeda. Saat ini, pengguna internet di Indonesia mencapai 175,5 juta jiwa atau 65 persen dari populasi 268 juta. Sedangkan, negara lain jumlahnya penduduknya saja jauh dari Indonesia.
"Dari kelima data ini, kita nggak bisa aple to aple membandingkan dengan mereka, karena penduduk Malaysia sekitar 25 juta, Singapura 5 juta, Brunei 500 ribu, Indomedia 268 juta, jadi kalau misalnya satu persen untuk Filipina dan Malaysia, itu jauh berbeda dengan satu persen Indonesia," ujarnya.
Namun, Ramly menilai jumlah besar itu juga menjadi pekerjaan rumah Indonesia saat ini, utamanya untuk melindungi data pribadi pengguna internet di Tanah Air.
"Saya ingin mengatakan kekuatan kita di ekonomi digital salah satunya adalah jumlah populasi dan bonus demografi, karena itu menjadi penting untuk kita bagaimana melakukan perlindungan data," ungkapnya.