Rabu 30 Sep 2020 15:02 WIB

Trump Enggan Kecam Supremasi Kulit Putih dalam Debat Pilpres

Trump justru menuding kesalahan pada kelompok sayap kiri

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
  Capres petahana Amerika Serikat ( AS) Donald Trump dan penantangnya Joe Biden memulai debat pertama pemilihan umum AS yang digelar di Case Western Reserve University, Cleveland, AS, Rabu (30/9) WIB.
Foto: AP/Morry Gash/AP Pool
Capres petahana Amerika Serikat ( AS) Donald Trump dan penantangnya Joe Biden memulai debat pertama pemilihan umum AS yang digelar di Case Western Reserve University, Cleveland, AS, Rabu (30/9) WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump enggan mengecam kelompok supremasi kulit putih dalam gelombang kekerasan yang membalut gerakan antirasialisme di negaranya. Dia justru menyalahkan kelompok sayap kiri atas terjadinya serangkaian kerusuhan.

“Apakah Anda bersedia malam ini untuk mengutuk supremasi kulit putih serta kelompok-kelompok milisi dan mengatakan bahwa mereka perlu mundur serta tidak menambah kekerasan atau jumlah kota-kota ini seperti yang kita lihat di Kenosha, dan seperti yang telah kita lihat di Portland?” tanya Chris Wallace, moderator debat perdana pilpres AS kepada Trump pada Selasa (29/9).

Baca Juga

Alih-alih menjawab, Trump justru melempar kesalahan atas terjadinya kerusuhan dan kekerasan pada kelompok sayap kiri. "Saya akan mengatakan hampir semua yang saya lihat adalah dari sayap kiri, bukan dari kanan. Saya bersedia melakukan apa saja. Saya ingin melihat kedamaian," ujar Trump, seperti dikutip laman Aljazirah.

"Kalau begitu lakukan, Pak," kata Wallace menimpali jawaban Trump. Capres dari Partai Demokrat Joe Biden kemudian turut memberikan komentar dengan meminta Trump melaksanakan apa yang dikatakannya.

“Anda ingin memanggil mereka. Anda ingin memanggil mereka apa? Beri saya nama," kata Trump. Biden kemudian menjawab "Proud of Boys", yakni kelompok sayap kanan di AS. "Proud of Boys. Mundur dan bersiaplah," ujar Trump.

Wallace kemudian bertanya mengapa pemerintahan Trump mengakhiri pelatihan kepekaan rasial. Dia juga bertanya apakah Trump yakin tentang adanya rasialisme sistemik di AS. Trump menjelaskan, dia mengakhiri pelatihan kepekaan rasial karena itu rasialis. Aktivitas itu dianggap mengajarkan orang untuk membenci negara AS. "Saya tidak akan membiarkan itu terjadi," ucap Trump.

Biden kemudian menyela dengan menyebut Trump "rasialis". "Ada ketidakpekaan rasial. Orang harus diberi tahu seperti apa perasaan orang lain, yang menghina mereka," ujar Biden.

Sementara itu, Trump menuding Biden tidak mendukung penegakan hukum perihal pecahnya kerusuhan di beberapa kota di AS menyusul aksi demonstrasi antirasialisme. "Jika dia pernah harus menjalankan negara ini dan mereka menjalankannya dengan cara yang dia inginkan, pinggiran kota kita akan hilang," kata Trump, seraya menekankan bahwa serikat penegak hukum telah mendukungnya.

Biden menjawab tuduhan itu dengan mengatakan bahwa dia dibesarkan di pinggiran kota. "Semua rasisme dan peluit anjing ini tidak berfungsi lagi. Pinggiran kota pada umumnya terintegrasi," ucapnya.

Menurut Biden, Trump hanya ingin membuat marah semua orang. "Dia tidak ingin menenangkan keadaan. Maksud saya, mari kita kumpulkan semua orang, cari tahu cara mengatasinya. Apa yang dia lakukan, dia hanya menuangkan bensin ke api terus-menerus di setiap waktu," kata Biden.

Biden dan Trump dijadwalkan berdebat kembali pada 15 dan 22 Oktober mendatang. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement