Rabu 30 Sep 2020 18:13 WIB

Kemenristek/BRIN Fokus Dua Jenis Mitigasi Bencana

Riset kebencanaan seperti risiko-risiko yang mungkin terjadi dan upaya mitigasi.

Rep: Inas Widyanuratikah  / Red: Ratna Puspita
Menristek/Badan Ristek dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro
Foto: ANTARA/Puspa Perwitasari
Menristek/Badan Ristek dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) memiliki dua fokus riset soal mitigasi bencana. Yakni, riset kebencanaan seperti risiko-risiko yang mungkin terjadi dan upaya mitigasi yang perlu dilakukan. 

"Juga, yang harus diperhatikan karena Pulau Jawa padat penduduk, maka salah satu yang jadi perhatian kami adalah sesar-sesar yang masih aktif," kata Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro dalam diskusi daring, Rabu (30/9). 

Baca Juga

Ia juga mengatakan, perlunya penelitian potensi gempa di daerah di luar Pulau Jawa. Sebab, Indonesia sebagai negara cincin api memiliki banyak potensi bencana yang berkaitan dengan kebumian dan gunung meletus.

Bambang juga mengatakan salah satu yang paling penting adalah terkait dengan peringatan dini tsunami yang mumpuni. Ia menjelaskan, saat ini Indonesia memiliki peringatan dini tsunami menggunakan buoy yang sudah dipasang di titik-titik tertentu. 

"BPPT yang ada di bawah Kemenristek/BRIN sudah melakukan pembuatan dan penyebaran buoy dan sistem kabel, di berbagai titik khususnya di selatan Pulau Jawa," kata dia lagi. 

Selain mitigasi dengan melengkapi infrastruktur perlu juga memperhatikan kondisi sosial masyarakat yang berada di daerah rawan bencana. Terkait dengan mitigasi secara sosial, Bambang berpendapat agar pembangunan permukiman harus betul-betul memikirkan potensi bencana. Jangan sampai ada orang yang bermukim di daerah yang rawan bencana. 

"Jadi intinya, kita tidak boleh mengabaikan segala hal yang penting untuk kita mengantisipasi terjadinya bencana. Jadi mitigasi itu bagaimana kita mendapatkan knowledge yang utuh dan lengkap dan selalu siap siaga," kata Bambang menegaskan. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement