REPUBLIKA.CO.ID, TEXAS -- Masker pernapasan N95 telah menjadi sangat penting bagi petugas kesehatan. Tetapi enam bulan setelah pandemi, kita masih mengalami kekurangan masker ini.
Sekarang, sekelompok peneliti yakin mereka telah menemukan cara yang murah dan sederhana untuk mendisinfeksi N95. Dengan cara ini, memungkinkan masker untuk dipakai beberapa kali, sehingga dapat berpotensi mengurangi kekurangannya.
Dalam hal masker, N95 atau masker respirator serupa lainnya adalah pencegahan terbaik yang bisa Anda dapatkan. Namun meskipun masker ini menawarkan penyaringan yang lebih baik, harganya juga lebih mahal dan lebih sedikit tersedia untuk masyarakat umum.
Untuk tujuan praktis sehari-hari, jenis masker lain dapat digunakan dengan cukup baik. Tetapi jika Anda bekerja dalam bidang medis, memiliki akses ke perlindungan terbaik yang tersedia sangatlah penting.
Para peneliti di Laboratorium Akselerator Nasional SLAC Departemen Energi, Universitas Stanford, dan Cabang Medis Universitas Texas telah menemukan cara untuk mengatasi kekurangan masker respirator ini.
Menurut mereka, kombinasi panas sedang dan kelembapan relatif tinggi dapat mendisinfeksi masker N95 tanpa memengaruhi kemampuannya untuk menyaring virus, dilansir di ZME Science, Rabu (30/9).
Penulis makalah, termasuk peraih Nobel Steven Chu, menemukan bahwa perlakuan panas 75 derajat C selama 30 menit atau 85 derajat C selama 20 menit pada kelembaban relatif 100 persen menghasilkan dekontaminasi SARS-CoV-2 yang efisien, serta RNA virus lainnya seperti flu biasa dan virus chikungunya, tanpa menurunkan efisiensi filtrasi kain.
Mereka menguji suhu mulai dari 25 hingga 95 derajat Celcius hingga 30 menit dengan kelembaban relatif hingga 100 persen. Tetapi suhu tepat tampaknya antara 75 dan 85 derajat C karena lebih panas dapat berisiko menurunkan material, dan lebih dingin kemungkinan tidak menghancurkan semua virus.
"Ini benar-benar masalah, jadi jika Anda dapat menemukan cara untuk mendaur ulang masker beberapa puluh kali, kekurangannya akan berkurang," kata fisikawan Stanford Steven Chu, penulis senior pada makalah ini.
"Anda dapat membayangkan setiap dokter atau perawat memiliki koleksi pribadi hingga selusin masker. Kemampuan untuk mendekontaminasi beberapa masker ini saat mereka sedang rehat akan mengurangi kemungkinan masker yang terkontaminasi virus COVID akan mengekspos pasien lain," jelasnya.
Hasilnya tidak terlalu mengejutkan karena panas dan kelembapan dikenal sebagai sarang virus. Tetapi menemukan kisaran suhu, kelembapan, dan waktu yang tepat sangat berharga bagi rumah sakit untuk menetapkan protokol disinfektan mereka sendiri.
Menurut hasil, masker dapat didekontaminasi dan digunakan kembali setidaknya 20 kali. Para peneliti mengatakan bahwa bahkan setelah pandemi ini, metode tersebut masih dapat digunakan untuk mengurangi limbah dan meningkatkan efisiensi rumah sakit.