Rabu 30 Sep 2020 20:59 WIB

Bentrok Berlanjut, Armenia tak Butuh Pasukan Asing

Azerbaijan dan Armenia bentrok di Nagorno-Karabakh sejak Ahad (27/9)

Red: Nur Aini
Foto yang dirilis oleh Kementerian Pertahanan Armenia, menunjukkan sebuah tank Azerbaijan yang hancur akibat serangan militer Armenia.
Foto: EPA
Foto yang dirilis oleh Kementerian Pertahanan Armenia, menunjukkan sebuah tank Azerbaijan yang hancur akibat serangan militer Armenia.

REPUBLIKA.CO.ID,BAKU -- Bentrok antara pasukan Armenia dan Azerbaijan di Nagorno-Karabakh pada Rabu (30/9) memasuki hari keempat dan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan menegaskan bahwa pihaknya belum membutuhkan bantuan pasukan dari negara lain.

Sejak kedua negara itu menyepakati gencatan senjata pada 1994, bentrok minggu ini jadi pertempuran paling parah antara pasukan Armenia dan Azerbaijan. Warga Nagorno-Karabakh yang mayoritas penduduknya beretnis Armenia serta Azerbaijan mengatakan serangan datang dari dua arah di sepanjang perbatasan. Pertempuran telah meluas dan melewati wilayah perbatasan sehingga dua negara bekas Uni Soviet itu berpotensi berperang.

Baca Juga

Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengatakan ia masih belum memikirkan perlunya bantuan asing, meskipun ada perjanjian keamanan pasca Uni Soviet bubar. Walaupun demikian, ia tidak menutup kemungkinan bantuan itu akan diperlukan nantinya.

PM Pashinyan sempat berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin lewat sambungan telepon, Selasa.

“Armenia akan menjamin keamanan dalam negeri, baik dengan atau tanpa bantuan Organisasi Traktat Keamanan Kolektif (CSTO),” kata Pashinyan sebagaimana dikutip oleh sejumlah kantor berita Rusia.

Pashinyan mengatakan ia dan Putin tidak membahas kemungkinan intervensi pasukan Rusia untuk meredakan konflik di Nagorno-Karabakh. Rusia kerap menggunakan CSTO dan Uni Ekonomi Eurasia untuk menguatkan pengaruhnya di negara-negara bekas Uni Soviet.

Nagorno-Karabakh merupakan daerah pegunungan di Azerbaijan yang berada di Kaukasus Selatan. Meskipun daerah itu bagian dari Azerbaijan, Nagorno-Karabakh dihuni oleh sebagian besar penduduk beretnis Armenia. Daerah itu telah memisahkan diri dari Azerbaijan pada 1990-an, tetapi tidak mendapat pengakuan dari banyak negara sebagai negara yang merdeka.

Jika bentrok berujung perang, maka pasukan Turki dan Rusia kemungkinan akan melibatkan diri dalam konflik. Pasalnya, Turki merupakan sekutu dekat Azerbaijan. Kantor Kejaksaan Azerbaijan pada Rabu mengatakan tujuh warga sipil terluka akibat adu tembak di Kota Terter, yang berada di perbatasan Nagorno-Karabakh.

Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan pasukan bersenjata dari warga etnis Armenia berupaya meluncurkan serangan balasan ke arah Madagiz, tetapi serangan itu dihalau oleh tentara Azerbaijan.

Kementerian Pertahanan Armenia mengatakan tentara Azerbaijan menembak ke arah perbatasan sepanjang malam. Dua pesawat nir awak (drone) milik Azerbaijan juga telah ditembak jatuh di Kota Stepanakert, pusat pemerintahan di Nagorno-Karabakh. Walaupun demikian, informasi itu belum dapat dikonfirmasi secara langsung.

Puluhan warga dilaporkan jadi korban dan ratusan orang luka-luka sejak tentara Armenia dan Azerbaijan bentrok, Ahad (27/9).

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement