Rabu 30 Sep 2020 22:09 WIB

Militer Jepang Ingin Tambahan Anggaran untuk Saingi China

Pembelian alat untuk meningkatkan kapasitas pertahanan Jepang.

Jepang memoles kekuatan militernya agar tangguh menghadapi ancaman di perairan. Ilustrasi.
Foto: Wu Hong/EPA
Jepang memoles kekuatan militernya agar tangguh menghadapi ancaman di perairan. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Militer Jepang meminta pemerintahan baru yang dipimpin oleh Perdana Menteri Yoshihide Suga untuk meningkatkan anggaran pertahanan. Permintaan itu salah satunya ditujukan untuk membeli sebuah pesawat tempur siluman canggih yang saat ini telah digunakan oleh militer China.

Petinggi militer Jepang telah menyampaikan permintaan itu sembilan kali berturut-turut tiap tahun. Usulan anggaran yang diumumkan Kementerian Pertahanan menunjukkan ada kenaikan 3,3 persen pada total belanja sebanyak 5,49 triliun yen (sekitar Rp771,68 triliun) untuk tahun anggaran berikutnya yang akan berlaku pada 1 April 2021.

Baca Juga

Kementerian Keuangan akan mengevaluasi usulan itu dan kemungkinan mengabulkan permintaan penambahan anggaran pertahanan sebelum menyerahkannya ke pemerintah. Jika dikabulkan, rencana pembelian sejumlah alat pertahanan seperti pesawat, rudal, dan kapal induk kemungkinan akan berlanjut.

Pembelian berbagai alat pertahanan itu bertujuan meningkatkan kapasitas Angkatan Bela Diri Jepang, mengingat China terus memperluas jangkauan angkatan laut dan angkatan udaranya di Asia Timur.

Usulan penambahan anggaran itu diumumkan saat para pembuat kebijakan berdebat mengenai perlunya mempersenjatai dan melatih pasukan untuk antisipasi tempur di daerah luar Jepang, misalnya China, Korea Utara, dan beberapa wilayah Asia lainnya.

Jet tempur siluman, yang diinginkan pihak militer, diperkirakan dapat menghabiskan anggaran sampai 40 miliar dolar (sekitar Rp593,6 triliun). Pesawat tempur itu kemungkinan baru dapat digunakan pada 2030-an.

Tidak hanya pembelian alat, penambahan anggaran pertahanan diusulkan demi mendanai program penelitian dan pengembangan.

Perusahaan pertahanan di Jepang, Mitsubishi Heavy Industries, pada bulan depan kemungkinan akan ditunjuk sebagai kontraktor utama yang bertanggung jawab atas pengadaan alat pertahanan. Walaupun demikian, beberapa perusahaan asing juga berupaya ikut tender, termasuk di antaranya Lockheed Martin Corp, Boeing Co dan Northrop Grumman Corp dari Amerika Serikat serta BAE Systems Plc dan Rolls Royce Holdings Plc dari Inggris.

Kementerian Pertahanan juga mengusulkan pembelian enam pesawat tempur siluman F-35 buatan Lockheed, yang dua di antaranya berjenis short take-off dan vertical landing (STOVL) B. Jet tempur itu dapat langsung lepas dan terbang dari atas ketinggian.

Pihak militer juga ingin membangun dua kapal perang baru senilai 99 miliar yen (sekitar Rp13,9 triliun) yang dapat dioperasikan oleh pasukan dalam jumlah lebih sedikit apabila dibandingkan dengan kapal perang konvensional. Teknologi semacam itu dapat mengatasi masalah rekrutmen tentara baru di Jepang yang penduduknya didominasi orang lanjut usia.

Militer Jepang juga ingin memperbarui sistem radar dan pertahanan rudal balistik. Angkatan bersenjata setempat juga meminta tambahan anggaran untuk membeli sistem pertahanan rudal lainnya, karena dua stasiun pemantauan rudal Aegis Ashore batal dibeli pada Juni 2020. Alasannya selain karena biayanya tinggi, alat itu dikhawatirkan mengganggu kehidupan masyarakat di sekitar lokasi pemasangan.

sumber : Reuters/antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement