REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Debat pertama calon presiden (capres) Amerika Serikat (AS) di masa pandemi telah berakhir Selasa (29/9) waktu setempat. Debat sengit mempertontonkan keagresifan Presiden Donald Trump sebagai pejawat yang terus menyerang lawan politiknya dari Partai Demokrat, Joe Biden.
Muhammad Fuad, dosen senior Prodi Kajian Wilayah Amerika SKSG-UI menilai awalnya Biden akan kewalahan menghadapi Trump. Seperti dilihat, Trump begitu agresif dan tidak segan main kayu.
"Kalau pemain sepak bolanya, dia tidak segan nendang kaki dan dengkul lawan, atau menggunakan tangannya untuk menggolkan bola," ujar Fuad kepada Republika, Rabu (30/9).
Sementara dia menilai Biden sebaliknya, yakni politikus yang sering minta maaf jika merasa membuat kesalahan. Namun menurutnya, Biden terlihat sangat tenang dan tangkas menangkis serangan Trump dan menyampaikan ide-ide dan argumen-argumennya dengan apik.
Fuad mengatakan Trump menyerang bukan hanya kepada Biden, tapi juga moderator. Dia menganalogikan kembali Trump sebagai pemain bola yang menyerang bukan pemain lawan tapi juga juri atau penjaga garis.
"Seperti biasa Trump berusaha memojokkan Biden dengan menuduhnya sebagai radikal, kiri, dan sosialis. Tapi terlihat Trump melakukan itu untuk menutupi kekurangannya dalam penguasaan masalah," ujar Fuad.
Sementara Biden menyerang kebijakan Trump dengan menunjukkan kelemahannya tanpa menyerang pribadi Trump. Biden juga mengarahkan argumennya kepada penonton atau rakyat pemilih untuk bersikap dan bertindak logis, misalnya, dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Menurut Fuad, Biden juga menekankan pentingnya mendengar pendapat para ahli. Sedangkan Trump sebaliknya menekankan bahwa semuanya politik belaka. "Secara umum, kesan saya adalah bahwa Trump seperti biasa berusaha seagresif mungkin dan terus menyerang dengan segala cara," katanya.
Namun Fuad menilai format debat membuat Trump tidak biasa leluasa seperti sedang kampanye. Biden sebaliknya bisa melayani permainan Trump dengan tangkas dan manis tanpa menyerang pribadinya. Mantan wapres era Barack Obama itu juga menyampaikan argumennya dengan efektif.
Namun bagi pendukung Trump, keberanian dan kenekatan Trump membuat mereka menyukainya dan mendukungnya. Tidak penting bagi mereka kalau Trump nendang dengkul lawan. "Yang penting Trump menyuarakan aspirasi mereka dengan berani, tegas, dan lantang," tukas Fuad.