REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis pada Rabu menyuarakan solidaritasnya dengan Armenia di tengah konflik dengan Azerbaijan atas Karabakh yang diduduki Armenia.
Menuduh Azerbaijan yang memulai konflik akhir pekan kemarin, Presiden Prancis Emmanuel Macron meminta Azerbaijan dan Armenia untuk mengakhiri konflik tanpa syarat.
Dia menambahkan bahwa dirinya telah membahas masalah ini dengan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan dan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev.
“Saya ingin serangan ini diakhiri. Saya mengutuk serangan yang tidak proporsional ini,” kata dia dalam konferensi pers saat berkunjung ke Latvia.
"Sesuatu telah terjadi sejak Juli," tambah dia tampaknya mengacu pada 12 tentara Azerbaijan yang tewas dan melukai empat lainnya ketika Armenia melancarkan serangan ke perbatasan pada bulan itu.
"Telah dipastikan bahwa serangan pada Minggu datang dari Azerbaijan," kata Macron menambahkan kedua belah pihak harus mematuhi gencatan senjata.
Bentrokan perbatasan pecah pada Minggu pagi ketika pasukan Armenia menargetkan pemukiman sipil Azerbaijan dan posisi militer, yang menimbulkan banyak korban. Macron mengatakan dirinya juga akan membahas masalah ini dengan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
“Saya telah memperhatikan pernyataan politik yang dibuat oleh Turki [mendukung Azerbaijan], yang menurut saya tidak pengertian dan berisiko,” kata Macron yang sering mengkritik Turki.
“Prancis prihatin dengan pesan suka perang dari Turki yang mendukung penaklukan kembali Nagorno-Karabakh oleh Azerbaijan. Dan kami tidak akan menerimanya,” tambah dia tanpa menyebut bahwa wilayah itu diakui secara internasional sebagai milik Azerbaijan.
Macron mengatakan kedaulatan dan rakyat Armenia harus dihormati, mendesak setiap pernyataan yang akan meningkatkan ketegangan.
Turki mengecam pendekatan Prancis
Secara terpisah, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu pada Rabu mengecam Prancis serta masyarakat internasional karena hanya mendesak gencatan senjata tetapi tidak menyerukan Armenia untuk meninggalkan wilayah Azerbaijan.
"Ini bukan pendekatan yang tepat," kata Cavusoglu kepada Anadolu Agency.
Menlu Turki menambahkan bahwa solidaritas Macron dengan Armenia tanpa menunjukkan kepedulian terhadap tanah Azerbaijan yang diduduki berarti telah mendukung pendudukan.