REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) naik tipis sepanjang Agustus 2020. Kendati demikian, masih jauh di bawah rata-rata jumlah wisman dari tahun-tahun sebelumnya karena pandemi virus corona.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, menyampaikan, total kunjungan wisman pada Agustus 2020 sebanyak 165 ribu orang, naik 4,45 persen dibanding posisi Juli 2020 sebesar 157,9 ribu orang. Adapun dibanding bulan yang sama tahun lalu, jumlah kunjungan itu anjlok 89,22 persen karena pada Agustus 2019 mencapai 1,51 juta orang.
"Jumlah wisman yang datang masih terbatas. Namun, dengan catatan wisman yang masuk adalah untuk bisnis, pekerjaan, maupun tugas bukan wisman untuk leisure," kata Suhariyanto dalam konferensi pers, Kamis (1/10).
Ia menyampaikan, mayoritas atau 65 persen wisman yang datang ke Indonesia melalui jalur darat. Sisanya, 31 persen melalui laut dan hanya 4 persen saja yang melalui transportasi udara.
Adapun dari segi kebangsaan, sebanyak 54,2 persen datang dari Timor Leste. Kemudian diikuti Malaysia sebanyak 35,3 persen dan China 2,2 persen.
Dari jumlah kunjungan pada Agustus 2020 maka secara kumulatif Januari-Agustus 2020 sebanyak 3,41 juta kunjungan. Jumlah tersebut turun 68,17 persen dibanding periode sama 2019 yang mencapai 10,7 juta kunjungan.
"Dengan melihat penurunan yang tajam, kita harus antisipasi dampak yang terjadi pada sektor pariwisata dan pendukungnya," ujarnya.
Menurut Suhariyanto, sektor pariwisata yang sangat terpukul oleh dampak pandemi membutuhkan waktu pemulihan yang cukup panjang. Namun, pemerintah harus tetap membuat terobosan agar sektor pariwisata yang telah menjadi andalan devisa negara kembali bangkit.
Seiring dengan naiknya jumlah wisman, Tingka Penghunian Kamar (TPK) hotel klasifikasi bintang juga mengalami kenaikan pada waktu yang sama. Yakni sebanyak 32,93 persen atau naik 4,86 poin dari posisi bulan sebelumnya yang sebesar 28,07 persen.
Kendati demikian, Suhariyanto menjelaskan, TPK itu tidak hanya diisi oleh wisman. Namun juga wisatawan domestik yang bepergian. "Angka TPK antar daerah sangat bervariasi, intinya semua harus patuh pada protokol kesehatan sehingga dampak Covid-19 bisa ditahan," ujarnya.