REPUBLIKA.CO.ID, Anas bin Nadhar adalah syuhada yang menepati janjinya. Ia membayar semua penyesalannya karena tak bisa mengikuti perang Badar dengan menjadi syuhada pada perang Uhud.
Sejak melihat Rasulullah pada peristiwa Baitul Aqabah, Anas bin Nadhar yang merupakan paman dari Anas bin Malik itu sudah sangat mencintai Rasulullah. Namun ketika perang Badar, Anas bin Nadhar tak ikut serta dengan Rasulullah dan sahabat lainnya ke medan pertempuran. Padahal perang Badar mempunyai kedudukan yang sangat istimewa di kalangan umat Islam. Para sahabat yang mengikuti perang badar mendapatkan predikat khusus di antara para sahabat lainya. Karena itulah Anas bin Nadhar pun menyesalinya.
Ia pun bermunajat agar Allah menyampaikan umurnya pada perang lainnya yang ia ikuti bersama Rasulullah. Ia pun bersumpah akan mengikuti perang itu dengan segala upayanya.
Apa yang harapkan Anas bin Nadhar terkabul. Anas ikut pergi bersama Rasulullah dalam perang Uhud. Kala itu, Anas bin Nadhar betemu dengan Sa’d bin Mu’adz yang bertanya padanya “Wahai Abu Amr, hendak kemanakah engkau?” Anas bin Nadhar menjawab. “Semerbak aroma surga sudah kucium di kaki gunung Uhud,”.
“Dalam perang Uhud inilah Anas bin Nadhar bergerak tangkas ke sana kemari untuk memenuhi janji yang pernah diucapkannya kepada Rasulullah beberapa tahun sebelumnya. Dalam tempo singkat, sekujur tubuh paman Anas bin Malik ini telah penuh dengan hujaman tombak dan sabetan pedang sampai akhirnya ia pun gugur sebagai syahid,” seperti dalam Cahaya Abadi Muhammad SAW Kebanggaan Umat Manusia yang ditulis cendikiawan Muslim asal Turki, Muhammad Fethullah Gulen.
Dalam perang Uhud, banyak syuhada yang sulit dikenali wajahnya. Semisal Hamzah, Mush’ab bin Umair, Abdullah bin Jahsy, dan Anas bin Nadhar. Bahkan Anas bin Nadhar hanya dapat dikenali oleh saudara perempuannya lewat jari tangannya.
Anas bin Malik menjelaskan bahwa pamannya itu bertempur sampai gugur. Hingga sekujur tubuh pamannya itu terdapat lebih dari delapan puluh luka sabetan pedang dan tikaman tombak serta anak panah. Anas bin Malik mengatakan bahwa sampai bibinya yakni Rubayyi binti Nadhar tak bisa mengenali saudaranya sendiri yakni Anas bin Nadhar kecuali lewat jari tangannya. Pada saat itu juga lah turun ayat yang berbunyi:
مِّنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا۟ مَا عَٰهَدُوا۟ ٱللَّهَ عَلَيْهِ ۖ فَمِنْهُم مَّن قَضَىٰ نَحْبَهُۥ وَمِنْهُم مَّن يَنتَظِرُ ۖ وَمَا بَدَّلُوا۟ تَبْدِيلًا
Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak mengubah (janjinya). (Al Ahzab ayat 23).
Para sahabat meyakini bahwa ayat itu turun berkenaan dengan Anas bin Nadhar dan para syuhada Uhud lainnya.